Eropa di Tengah Perang Dingin
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setelah
perang dunia ke II berahir, muncul perang baru antra kedua negara adidaya yakni
Uni Soviet dan Amerika. Sepak terjang kedua Negara patut dikaju karena
mempunyai peran yang sangat besar terhadap percaruran politik dunia. Uni Soviet
dengan ideologi sosialis-komunisnya dan Amerika dengan ideologi
liberar-kapitalisnya mempunyai sudut pandang yang sangat berbeda dalam melihat
dunia. Oleh sebab itu menarik dikaju untuk membahas materi “Eropa Di Tengah Perang Dingin”.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
perang dingin?
2. Bagaimana
latar belakang dan faktor penyebab perang dingin?
3. Bagaimana
perang dingin di Jerman?
4. Bagaimana
berlangsungnya perang dingin?
5. Bagaimana
dampak perang dingin?
1.3 Tujuan
1. Memahami
perang dingin.
2. Memahami
latar belakang dan faktor penyebab perang dingin.
3. Memahami
perang dingin di Jerman.
4. Memahami
berlangsungnya perang dingin.
5. Memahami
dampak perang dingin.
1.4 Metode
Dalam
penulisan makalah ini kami selaku penulis mempergunakan metode kepustakaan,
yaitu penggalian bahan yang akan dibahas dengan cara membaca beberapa buku
sebagai acuan atau landasan teoritis sebagai sumber penulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perang
Dingin
Berakhirnya Perang Dunia II tidak
berarti perang telah selesai namun justru memasuki babak baru dalam sejarah
dunia. Kekalahan di pihak fasisme mendorong demokrasi semakin berkembang. Namun
demikian, demokrasi terpecah dalam beberapa paham lagi, diantaranya adalah
demokrasi liberal yang diusung oleh Amerika Serikat dan demokrasi komunis yang
diusung oleh Uni Soviet (Budiardjo, 2008:105).
Uni Soviet dan Amerika Serikat sebagai negara
yang memenangkan Perang Dunia II berambisi untuk menjadi negara adidaya. Uni Soviet
memiliki kekuatan yang besar dengan pengaruhnya di berbagai tempat dan ditakuti
oleh dunia. Kekuatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sudah nampak lebih besar
dibandingkan dengan negara-negara lain sejak Perang Dunia II berlangsung yang selanjutnya
telah mengubah kekuatan poten-sial Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi kekuatan
militer. Kenyataan ini memunculkan terminologi Negara super power (Nye, 1992:
90).
Istilah Perang Dingin diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari
Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan ketegangan dan kompetisi yang
terjadi di antara kedua negara adikuasa. Persaingan keduanya terjadi di berbagai
bidang seperti dalam koalisi militer, ideologi, psikologi, intelijen, industri
dan pengembangan teknologi, pertahanan, perlombaan nuklir, persenjataan, dan lain-lain
(Bambang, 2007: 59).
Ditakutkan bahwa perang ini akan
diramalkan berakhir dengan perang nuklir. Tetapi ramalan tersebut tidak pernah
terjadi. Meskipun kedua negara adikuasa itu belum pernah bertempur secara langsung
(face to face), akan tetapi konflik
di antara keduanya secara tidak langsung telah menyebabkan berbagai konflik di
belahan dunia dan perubahan tatanan dunia (world
order). Seperti pecahnya perang Korea, jatuhnya China menjadi negara
komunis, invasi Soviet terhadap Hongaria dan Cekoslovakia, terbaginya Jerman
Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin serta meletusnya
Perang Vietnam (Miller, 2006: 118).
Selama Perang Dingin, Rusia di era Uni
Soviet berhasil mendapatkan buffer-zone
yang memadai untuk kepentingan strategis dari negara-negara yang tergabung
dalam Uni Soviet (Ukraina, Belorussia, Estonia, Latvia, Lithuania, Moldova).
Negara-negara ini adalah bagian dari Uni Soviet yang terletak di Eropa Timur. Buffer-zone bagi Rusia juga dari
negara-negara komunis satelit di Eropa Timur (Polandia, Bulgaria, Romania,
Cekoslovakia, dan Jerman Timur) (Muhammad, 2015: 77).
Setelah Amarika dan Uni Soviet bersekutu
dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang
bagaiamana cara yang tepat untuk membangun bangsa Eropa pasca perang. Selama
beberapa decade selanjutnya, persaingan diantara keduanya menyebar ke luar
Eropa dan merambah keseluruh dunia ketika Amerika membangun “Pertahanan”
terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai Negara,
terutama dengan Negara di Eropa Barat, Timur dan Asia Tenggara (Djaja, 2012:
202).
2.2 Latar
Belakang dan Faktor Penyebab Perang Dingin
Latar belakang terjadinya perang dingin
antara lain munculnya Amerika sebagai Negara pemenang perang, Amerika berperan
dalam membantu perekonomian bangsa Eropa Barat. Rusia (Uni Soviet) muncul
sebagai negara besar yang berperan membebaskan Negara-negara Eropa Timur dari
tanggan jerman serta membangun perekonomian Negara-negara Eropa Timur.
Adapun faktor-faktor utama yang
menyebabkan perang dingin sebagai berikut :
1.
Penyebaran
Ideologi
Ideologi Amerika yang
mengunakan faham Liberal Kapitalis dan Uni Soviet yang mengunakan faham Sosial
komunis saling bertentanggan antara kedua delah pihak. Hal ini menimbulkan
pengeruh untuk menyebarkan Ideologinya ke seluruh dunia.
2.
Keinginan Untuk
Berkuasa
Pendekatan yang dilakukan
oleh Amerika terhadap negara-negara yang berkembang adalah memberikan suntikan
modal dengan bungan yang lunak dengan harapan, kelak negara-negara tersebut
bersedia untuk menjadi tempat atau pasar dari barang-barang minik Amerika.
Sedangkan Uni Soviet dengan mengirim tenaga ahlinya dan senjata kepada
Negara-negara yang ingin memperjuangkan nasionalismenya.
3.
Berdirinya Pakta
Pertahanan
Guna mengatasi berbagai
perbedaan yang ada dan kepentingan untuk dapat berkuasa maka Negara-negara
Eropa Barat dan Amerika Serikat mendirikan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau organisasi pertahanan
Atlantik Utara. Sedangkan Uni Soviet mendirikan Pakta Warsawa dengan tujuan
untuk menyaingi NATO dengan angotanya Uni Soviet, Albania, Bulgaria,
Cakoslovia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania (Djaja, 2012: 203).
2.3 Perang
Dingin di Jerman
Perang Dingin (Cold Wor) dimulai setelah berahirnya Perang Dunia II sejak jerman
menjadi dua wilayah, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur. Selama rentang waktu
28 tahun (1961 – 1989), Tembok Berlin atau Berliner
Mauer menjadi sebuah bentuk pengisolasian ekstrem yang memakan korban dan
semakin memicu ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Tembok ini pun
menjadi simbol monumental perang dingin yang akhirnya meruntuhkan kekuatan si “Tirai Besi” Uni Soviet.
1.
Latar Belakang
Dibangunnya Tembok Berlin
Kemenangan sekutu
mengalahkan kekuatan Nazi Jerman pada Perang Dunia II, menyisakan Amerika dan
Uni Sovyet sebagai negara Adidaya dengan ideologi, ekonomi, dan kekuatan
militer yang sama-sama besar. Sebagai upaya pemulihan dan stabilisasi Jerman
setelah kalah perang, Dewan Pengawas Sekutu yang menduduki Jerman saat itu,
menyepakati bahwa sistem pengawasan Jerman akan dibagi menjadi 2 bagian. Uni
Sovyet didaulat untuk mengontrol Jerman bagian timur. Sedangkan negara-negara
sekutu non komunis, yaitu Amerika dan sekutu-sekutu NATO, memegang kontrol atas
Jerman bagian barat.
Kota Berlin yang
merupakan ibu kota Jerman dan berada di wilayah timur pun ikut dibagi menjadi
dua bagian, yaitu barat dan timur. Pemisahan wilayah ini menyebabkan keresahan
bagi beberapa pihak, khususnya masyarakat Berlin Timur. Sebagian warga
memandang bahwa Berlin Barat memiliki harapan yang lebih baik, sehingga mereka
berbondong-bondong melakukan migrasi dan mencari perlindungan dan kehidupan yang
lebih baik. Pemerintah Jerman Timur melihat kondisi tersebut sebagai sebuah
ancaman.
Ada kekhawatiran bahwa
kekuatan barat mencoba mengambil alih wilayah mereka. Itu sebabnya Uni Soviet
mulai membatasi akses keluar-masuk dengan membangun pembatas untuk memblokade
Berlin Barat. Awalnya pembatas ini hanya berupa kawat berduri sepanjang lebih
dari 155km. Pada tahun 1962–1965 pembatas ini dipatenkan menjadi tembok dan
terus disempurnakan hingga selesai di tahun 1980.
Tidak hanya berupa
tembok beton, perbatasan ini juga disertai dengan ratusan menara penjaga yang
dilengkapi dengan pipa licin di atasnya, kawat jala, penahan sinyal, dan
parit-parit berisi ranjau penahan kendaraan untuk mencegah semakin besarnya
arus migrasi penduduk Berlin Timur ke wilayah Jerman Barat. Hal ini menimbulkan
ketegangan yang tinggi Antara Blok Barat dan Blok Timur. Walaupun tidak sampai
terjadi pertarungan militer secara langsung, namun kondisi ini menimbulkan
Perang Dingin di antara kedua kekuatan tersebut.
2.
Akibat
Dibangunnya Tembok Berlin
Sebenarnya benih-benih
Perang Dingin sudah ada sejak masa Perang Dunia II. Besarnya kekuatan sekutu barat
di Eropa, mendorong Uni Soviet bersikap ofensif dan berpacu agar bisa
mendapatkan pengaruh dari negara-negara Eropa Timur. Sedangkan sekutu
menganggapnya sebagai upaya perluasan demokrasi melalui ideologi komunis.
3.
Ketegangan
politik antar blok
Berdirinya Tembok
Berlin semakin memperkuat hembusan Perang Dingin di antara kedua blok tersebut.
Sikap ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesalahpahaman di masa ini memicu
berbagai ketegangan politik yang diikuti dengan upaya-upaya spionase,
propaganda serta kompetisi non politis lainnya.
4.
Memakan korban
jiwa
Selama berdirinya
Tembok Berlin, terdapat sekitar 5000 orang yang mencoba untuk kabur melintasi
perbatasan tersebut, dan sekitar 100–200 orang diduga mati tertembak karena ketahuan
oleh penjaga perbatasan (Sebenarnya jumlah korban masih belum dapat dipastikan
karena Uni Soviet menyembunyikan orang yang ditembak mati).
5.
Membuat
kehidupan masyarakat terpuruk
Berdirinya Tembok
Berlin tidak hanya memperpuruk kehidupan warga Berlin Timur, namun juga warga
Berlin Barat. Aksi patroli dengan menempatkan pasukan militer barat di jalan
resmi yang diizinkan oleh Soviet, berimbas pada penutupan seluruh akses darat
menuju Berlin Barat. Termasuk di dalamnya akses lalu lintas logistik dan
perdagangan. Peristiwa ini merupakan kondisi terparah selama perang dingin yang
disebut “Blokade Berlin”. Berlin pun
terisolasi di musim dingin dan hanya memiliki suplai makanan untuk 35 hari dan
persediaan arang untuk 45 hari.
6.
Respon dan Upaya
Pembebasan
Di kawasan Berlin
Timur, aksi unjuk rasa meminta perbaikan hidup dan kesejahteraan dilawan dengan
tindakan represif. Sedangkan dari kawasan barat, respon terhadap pembangunan
Tembok Berlin datang dari berbagai pihak. Mulai dari gerakan pemuda Jerman di
kawasan Berlin Barat yang bergaya radikal dan memicu pemberontakan pelajar,
aksi penolakan warga yang dipimpin walikota Berlin Barat, hingga kritik
langsung yang disampaikan oleh Presiden Amerika saat itu, John F Kennedy.
Aksi “Blokade Berlin” yang menutup semua akses
darat kota Berlin dihalau dengan mengerahkan bala bantuan melalui udara yang
disebut sebagai “Operation Vittles/Plainfare”. Uni Soviet tidak bisa
mengklaim pesawat kargo sebagai ancaman militer. Jika mereka menembaknya maka
mereka melanggar perjanjian yang telah dibuat dan akan memicu peperangan
terbuka. Sebanyak 1.543 ton bahan makanan dan 3.475 ton arang berhasil dibawa
untuk menghidupi 2 juta warga Berlin Barat setiap harinya. Belum lagi misi
tidak resmi “menyumbangkan cokelat bagi
anak-anak Berlin” yang digalang oleh pilot-pilot pesawat kargo, yang
kemudian menjadi proganda sukses untuk
menyudutkan dan membuat malu Uni Soviet.
Pada tanggal 11 mei 1949 blokade ini pun akhirnya dihentikan.
7.
Keruntuhan Tembok
Berlin dan Berakhirnya Perang Dingin
Ambruknya perekonomian
akibat belanja militer, naiknya harga minyak, serta melemahnya reputasi dan
kekuatan militer Uni Soviet membuat negara Adidaya tersebut secara resmi
mengumumkan untuk tidak lagi ikut campur terhadap urusan dalam negeri
negara-negara sekutunya di Eropa timur. Berbagai kebijakan dan lobi pun
dilakukan oleh negara-negara tersebut, seperti misalnya dibukanya izin melewati
perbatasan Hungaria, Cekoslowakia, serta pintu penyeberangan melalui titik
persimpangan Jerman Barat dan Jerman Timur.
Hal ini tentu saja
menyebabkan terjadinya gelombang migrasi besar-besaran. Puluhan ribu orang
keluar dari Jerman timur dan pergi ke arah barat. Kondisi ini membuat petugas
perbatasan kewalahan dan akhirnya pada tanggal 9 November 1989, Politbiro yang dipimpin oleh Krenx membuka perbatasan dan membiarkan
warga untuk melintas. Setelah arus pengungsian, demonstrasi besar-besaran
menentang pemerintahan Jerman Timur pun terjadi di mana-mana sehingga
memberikan tekanan tersendiri bagi para pimpinan pemerintahan.
Runtuhnya Tembok
Berlin pada tanggal 13 Januari 1990 dan dideklarasikannya
penyatuan Jerman pada tanggal 3 Oktober 1990 menjadi momentum kebebasan bagi
warga Jerman. Pada tanggal 25 Desember 1991 pembubaran Uni Soviet pun
dideklarasikan bersamaan dengan berakhirnya perang Dingin yang meliputi Eropa
selama lebih dari 40 tahun.
2.4
Berlangsungnya Perang Dingin
Dalam
waktu singkat (1945-1948) Uni Soviet berhasil membentuk pemerintahan komunis di
Bulgaria, Rumania, Hongaria, Polandia, dan Cekoslavikia. Oleh karena
perkembangan pengaruh Uni Soviet sangat cepat dan pertumbuhannya pesat, Amerika
perlu membendung kekuatan komunis, hingga akhirnya Amerika menyusun politik Containment Policy yang bertujuan untuk
mencegah berkembangnya pengaruh suatu Negara atau suatu system politik dari
pihak lawan.
1.
Sistem Aliansi
·
Cominform (The Communist Information Bureau) pada
1947. Cominform adalah wadah kerja sama partai-partai komunis Eropa yang
berpusat di Beograd, Yugoslavia.
·
NATO (North Athlantic Traty Organization) pada
4 April 1949. Negara-negara anggotanya yaitu, Inggris, Irlandia, Islandia,
Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, Portugal, Kanada, dan
Amerika Serikat.
·
Pakta Warsawa
pada 1955. Negara-negara anggotanya yaitu, Jerman Timur, Cekoslavakia,
Hongaria, Bulgaria, Polandia, Rumania, dan Albania. Pakta Warsawa merupakan
kerja sama pertahanan dan keamanan negara-negara komunis.
·
SEATO (South East Asia Treaty Organization)
pada 1954. SEATO merupakan kerja sama pertahanan antara negara-negara Asia
Tenggara dengan pihak Barat. Negara-negara anggotanya yaitu, Amerika Serikat,
Inggris, Prancis, Filipina, Singapura, dan Selandia Baru.
2.
Kegiatan
Spionasi
Pembentukan agen
mata-mata oleh Amerika (CAI) dan Uni Soviet (KGB), berusaha untuk memperoleh
informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut kedua belah pihak atau
negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak.
3.
Perlombaan Teknologi
Persenjataan
Perlombaan antara kedua
belah pihak dengan senjata nuklir dan membangun pusat-pusat tombol peluncuran
senjata nuklirberbagai negara yang dibawah pengaruhnya. Untuk mengurangi
keteganggan, PBB membentuk Atomic Energy
Commission untuk mengembangkan tenaga atom dan mencegah pengunaannya untuk
perang. Desember 1946 komisi PBB mengadakan pengawasan dan pengaturan ketat
guna mencegah produksi senjata atom, Uni Soviet keberatan dan mengadakan uji
coba bom atom pada Mei 1949 dan di susul Amerika pada November 1952.
2.5 Dampak
Perang Dingin
1.
Bidang Politik
Demi kepentingan
politik kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah terhadap
terhadap negara Korea, Vietnam, dan Jerman. Dampak langsung terhadap adanya
perang dingin adalah dibangunya Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat yang
dipengaruhi liberalis (Amerika) dan Jerman Timur yang dipengaruhi Komunis (Uni
Soviet).
2.
Bidang Ekonomi
Amerika memberikan
pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang berkembang berupa Marshall Plan. Amerika memberikan
bantuan “Grants in Aid” yaitu bantuan
ekonomi dengan kewajiban mengembalikan berupa dolar dan membeli barang-barang
Amerika Serikat. Dampak dari perang dingin Blog Barat (Eropa Barat) dan Blog
Timur (Eropa Timur) perekomoniannya tidak seimbang dan Blog Barat lebih maju
daripada Blog Timur.
3.
Didang Militer
Dengan adanya senjata
nuklir yang dikembangkan secara pesat oleh kedua Negara, masyarakat, dunia
mengalami ketakutan yang lebih luasakan adanya kemungkinan perang nuklir yang
sebenarnya oleh kedua negara yang bersengketa. Saat itu sudah ada rumor Uni
Soviet meletuskan atau meluncurkan roket-roketnya ke arah Amerika dari Kuba dan
Amerika tidak tinggal diam. Amerika menandatangani terbentuknya NATO, bila ada
salah satu negara NATO yang diserang, maka seluruh angota NATO harus siap
membantu atau membela. Dampaknya Uni Soviet menarik rudalnya dari Kuba.
4.
Bidang Luar
Angkasa
Terlepas dari siapa
yang pertama kali menyebarkan berita ini, namun dengan adanya Perang Dingin
secara tidak langsung berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan
keluarangkasaan berawal dari Uni Soviet yang meluncurkan pesawat Sputnik I dan
Sputnik II yang ditandingi oleh Amerika dengan meluncurkan pesawat Explorer I dan Explorer II, Discovery dan Vanguard.
Kemudian Uni Soviet mendaratkan Lunik
dibulan dan astronot pertamanaya Yuri
Gagarin dengan pesawat Vostok I yang
berhasil mengelilingi bumi selama 108 menit. Sementara Amerika Serikat mengirim
astronot pertamanya yaitu Alan Bartlett
Shepard yang berada diluar angkasa selama 15 menit.
5.
Bidang Sosial
Budaya
Munculnya undang-undang
HAM karena adanya demokrasi dan keinginan untuk tidak ada lagi penindasan bagi
kaum yang lemah.
6.
Tehnologi
Tehnologi modern
mempunyai tujuan-tujuan nasional padawilayah ideologi, militer, ataupun ekonomi
dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumber-sumber alam yang ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya perang tidak akan
menghasilkan apa-apa baik yang menang perang maupun yang kalah perang.
Kehancuran adalah bukti nyata dalam perang, selain itu banyak penindasan yang
terjadi, pelanggaran HAM, dan sebagainya. Berlin adalah salah satu kota yang
mengalami masa-masa menyedihkan dalam sejarah perang dingin. Tembok berlin
adalah simbol dari keserakahan sekelompok orang akan ideologi yang anutnya.
Banyak orang meninggal ketika ingin menyebrang. Dari sini kita dapat belajar
bahwa perbedaan itu hal yang biasa tetapi jangan korbankan orang lain untuk
menggapaian keingin.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ali Muhammad.
2015. “SELAMAT DATANG PERANG DINGIN!”
KEPENTINGAN RUSIA DI KRIMEA DAN UKRAINA TIMUR DAN KETEGANGAN HUBUNGAN DENGAN
BARAT. Yogyakarta: Ombak.
·
Bambang Cipto.
2007. Politik dan Pemerintahan Amerika.
Yogyakarta: Lingkaran.
·
Budiardjo Miriam.
2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·
Djaja Wahjudi.
2012. Sejarah Eropa dari eropa kuno
hingga eropa modern. Yogyakarta: Ombak.
·
Lynn H. Miller.
2006. Agenda Politik Internasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
·
Nye, Joseph.
1992. “Bound to Lead: The Changing Nature
of American Power”, a. b, Budhy Kusworo, Memimpin Dunia: Sifat Kekuatan Amerika
yang Berubah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.