MAKALAH KEDATANGAN
BANGSA ASING, REVOLUSI,
DAN PASKA REVOLUSI CHINA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar
Belakang
China
merupakan negera besar dengan dinasti yang berjaya ribuan tahun, selain itu
banyak bangsa asing seperti Inggris, Perancis, Spanyol, dan Portugis sudah
masuk ke China. Bagi bangsa asing China merupakan berlian yang belum diasah
dengan segala kekayaannya, hal ini menarik perhatian bangsa asing.
Setelah
China melakukan Revolusi untuk pertama kalinya otomatis Dinasti China semakin
terdesak dan menghilang. Dinasti yang terahir berkuasa adalah Dinasti Manchu,
selain itu kekalahan China atas Inggris membuat Dinasti Manchu semakin lemah
dan tidak berdaya, ditamabah dengan Sun Yat Sen mengobarkan revolusi 1911
praktis mengakhiri Era Dinasti yang berjaya ribuan tahun di China sendiri.
Selain itu Revolusi China juga
memperngaruni bidang Agraria, Nasionalisasi Perusahaan, Sentralisasi pajak
dalam bidang social perekonomian. Dalam dibang kebudayaan China paska Revormasi
sangat ketet akan kebuayaan China itu sendiri yang mengakibatkan banyak
kebudayaan yang menghilang. Begitun pula dalam politik luar negeri, China yang
awalnya mendukung Rusia (Uni Sovie) untuk memerangi Amerika, kemudian beralih
dan mendukung Amerika dan melawan Uni Sovie. Hal ini sangat menerik untuk
ditelisik lebih mendalam sampai masuknya China (RRC) dalam anggota PBB.
1. 2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kedatanggan bangsa asing di China dan perang candu I dan perang candu II?
2. Bagaimana
Inggris bias menguasai Hongkong?
3. Bagaimana
jalannya Revolusi China?
4. Bagaimana
kebijakan Sosial Ekonomi pasca revolusi China?
5. Bagaimana
kebijakan Sosial Politik pasca revolusi China?
6. Bagaimana
kebijakan Sosial Budaya pasca revolusi China?
1.3 Tujuan
1. Memahami
proses kedatanggan bangsa asing ke China dan jalannya perang candu I dan perang
candu II dari awal sampai akhir.
2. Memahami
proses Inggris menguasai Hongkong dari awal sampai akhir.
3. Memahami
jalannya Revolusi China dari awal sampai akhir.
4. Memehami
kebijakan Sosial Ekonomi pasca revolusi China.
5. Memehami
kebijakan Sosial Politik pasca revolusi China.
6. Memahami
kebijakan Sosial Budaya pasca revolusi China.
1. 4 Metode
Dalam
penulisan makalah ini kami selaku penulis mempergunakan metodekepustakaan,
yaitu penggalian bahan yang akan dibahas dengan cara membaca beberapa buku
sebagai acuan atau landasan teoritis sebagai sumber penulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEDATANGAN
BANGSA BARAT KE CHINA
Dinasti
Manchu (ch’ing) adalah dinasti asing yang didirikan oleh bangsa Manchu. Pada
masa ch’ing pula, penduduk Cina berkembang cepat, sebab masa ini merupakan masa
kemakmuran Cina. Pada akhir abada ke-17 dan awal abad ke-18 memang penduduk
cina berkembang cepat, karena mengalami kemakmuran yang melimpah.Pada masa ini
juga sudah banyak orang-orang eropa yang datang ke Cina, terutama Inggris,
Perancis, Spanyol, dan Portugis.
Bangsa
barat yang pertama kali mencapai Cina adalah Portugal yang mendarat di Makao
1557, kemudian disusul oleh Inggris, Spanyol, Belanda, prancis, dan bangsa
barat lainnya. Kedatangan mereka bermaksud untuk mengadakan hubungan dagang
terutama untuk mengimpor teh dan porselen.
Perhatian
pada Cina mulanya teh, sutera, dan keramik kemudian berkembang menjadi tempat
untuk menyebarkan agama Kristen.Pada abad ke-18 bersamaan dengan rervolusi
industri di eropa, Cina diharapkan sebagai pasar untuk menjual hasil industri
dan tempat untuk mendapatkan bahan untuk industri.
Bangsa
Portugis datang ke cina pertama, pada saat cina berada pada pemerintahan
dinasti ming. Kedatangan bangsa barat yang bermaksud untuk mengadakan hubungan
dagang diterima oleh kaisar, mereka diizinkan melakukan perdagangan dan
mendirikan pos perdagangan di Kanton. Namun pos-pos perdagangan itu antara
orang cina dan orang barat tidak boleh bergaul bebas, karena bangsa Cina
mengganggap bangsa barat dengan perasaan hina dan curiga.
2.1.1 Perang
Candu I
Sebelum
perang candu pecah, sebenarnya dalam dinasti Manchu telah muncul
kericuhan-kericuhan. Dalam suasana yang demikian, bangsa-bangsa barat (Inggris)
datang ke cina dengan tujuan:
a. Negara-negara
eropa menginginkan dapat berdagang di cina secara bebas dan inggris sebagai
pelopornya.
b. Di
eropa telah terjadi revolusi industry yang mengakibatkan inggris harus keluar
mencari daerah pasaran industri. Selain itu untuk mengambil bahan mentah, dan
penanaman modal yang surplus. Dalam hal ini yang menjadi sasarannya ialah cina.
c. Mengadakan
hubungan dagang terutama perdagangan candu. Dalam hal ini inggris memasukkan
candu secara besar-besaran ke cina secara gelap tanpa bayar bea cukai.
Peredaran
candu lama kelamaan diketahui oleh dinasti Manchu, dan pemerintahan Manchu
berusaha untuk mencegahnya, tetapi inggris tetap berusaha untuk memasukkan
candu sebesar-besarnya ke cina. Hal ini mengakibatkan hubungan antara inggris
dan cina (manchu) semakin buruk. Meletusnya perang candu ini diawali dengan
tampilnya seorang tokoh bernama Lin Tse Hsu, yang diangkat sebagai komisioner
di canton tahun 1839.Dengan maksud untuk menolak perdagangan candu dan membasmi
pengisapan candu. Dalam menghadapi perdagang-perdagang inggris, ia bertindak
sangat kerad. Lin Tse Hsu memaksa menyerahkan muatan candu sebanyak 20.000 peti
seharga 9 juta dollar lalu di buang ke laut.
Tindakan
ini mengakibatkan hubungan antara Manchu dengan inggris menjadi tegang dan
menimbulkan kecemasan di pihak Manchu.Akibat lebih lanjut, Lin Tse Hsu dipecat
dan digantikan oleh Ch’i-shan, dan diutus ke Canton untuk berdamai. Inggris mau
mengakhiri permusuhan apabila cina (Manchu) mau memenuhi tuntutan inggris,
yakni:
(a) menyerahkan
Hongkong kepada inggris,
(b) Canton
dijadikan pelabuhan damai dan
(c) mengganti
kerugian sebesar 6 juta dollar.
Kaisar
Tao Kuang tidak mau menerima syarat-syarat tersebut, sebab dianggap terlalu
berat sehingga terjadilah perang dan berakhir dengan kemenangan di pihak
inggris.Perang diakhiri dengan Perjanjian Nanking pada tanggal 29 Agustus 1842.
Penandatanganan dilakukan di atas kapal perang inggris “Cornwallis”, isinya
antara lain:
1. Hongkong
diserahkan kepada inggris
2. Lima
kota pelabuhan dibuka untuk perdagangan asing, yakni Canton, Amoy, Foochow,
Ningpo dan Shanghai. Ke-lima kota pelabuhan tersebut sering disebut “treaty
ports”.
3. Cina
mengganti kerugian perang sebesar 6 juta dollar.
4. Sistem
Co-hong harus dihapuskan
5. Inggris
diperbolehkan mengangkat konsulnya di tiap-tiap kota pelabuhan.
Kekalahan
cina (Manchu) dalam perang candu ini menurunkan derajat cina di mata dunia
internasional.Di tambah dengan persetujuan-persetujuan selanjutnya menambah
suramnya dinasti Manchu.Selanjutnya cina menjadi semacam “settlemen state”.
2.1.2 Perang Candu
II
Perang
candu terjadi pada tahun (1856-1858).Sejak tahun 1843 sampai dengan 1856 yang
merajai di cina ialah inggris. Akan tetapi rupa-rupanya inggris belum puas
dengan apa yang diperoleh sampai saat itu. Kemudian inggris memasukkan candu
lagi secara besar-besaran ke cina, sehingga meletuskan perang candu II ini
inggris dibantu oleh perancis.Mengapa perancis membantu inggris? Karena:
1. Perancis
ingin membalas dendam terhadap cina karena banyak kaum missionaris perancis
yang dibunuh
2. Perancis
ialah kawan inggris dalam perang krim.
Pecahnya
perang candu II ini waktunya bersamaan dengan adanya pemberontakan T’ai Ping. Perang
candu II berakhir dengan kemenangan di pihak inggris dan diakhiri dengan
perjanjian Tientsin 1858. Isinya antara lain:
1. Hak-hak
ekstrateritorial diperluas.
2. Kota-kota
pelabuhan yang dibuka untuk perdagangan asing di tambah.
3. Bangsa
barat terutama inggris dan perancis diperbolehkan menempatkan konsulnya di
peking.
4. Cina
harus mengganti kerugian sebesar 4 juta tael kepada inggris.
5. Kapal-kapal
asing boleh masuk di sungai Yangtse.
6. Orang-orang
asing boleh masuk kke pedalaman dan boleh menyebarkan agama Kristen.
Ketegangan
muncul kembali berkaitan dengan Perjanjian Tientsin yang dirasa berat oleh
pihak cina sehingga perang kembali berlanjut, inggris dipimpin Lord Elgin dan
prancis dipimpin oleh Baron Gros.Dalam perang mereka membakar Istana Musim
Dingin yang merupakan pusat kesenian sehingga cina mengalami kerugian besar,
Kaisar Hsien Feng lari dari istana sehingga kemenangan kembali berpihak pada
inggris dan perancis.
Dengan
kekalahan ini Cina harus menandatangani Persetujuan Peking pada 1860 yang
berisi: “Cina harus melaksanakan Perjanjian Tientsin, membayar ganti rugi
perang yang lebih besar, membuka Tientsin dan Peking untuk bangsa asing; Cina
harus menyerahkan Semenanjung Kowloon di seberang Pulau Hongkong kepada
Inggris. Dengan persetujuan Peking Inggris kembali mendapatkan daerah jajahan
dan memantapkan imperialism di Cina. Selanjutnya terkait dengan Perjanjian
Shimonoseksi, pada tahun 1889 Inggris memperoleh hak sewa Pelabuhan Wie-hai-wei
dalam jangka waktu 25 tahun dan hak guna pakai wilayah di utara Jazirah Kowloon
di seberang Pulau Hongkong selama 99 tahun yang kemudian disebut New
Teritories. Dengan mendapatkan daerah baru berarti imperialisme Inggris di Cina
meliputi Hongkong, Kowloon, New Teritories dan 230 pulau disekitarnya yang
kesemuanya membentuk Kepulauan Hongkong.
2.2 PERKEMBANGAN
HONGKONG DI BAWAH KEKUASAAN INGGRIS
Pada
pertengahan abad ke-19 merupakan puncak kemakmuran bagi inggris.Sebagai Negara
industry dan Negara imperialis terbesar di dunia pada saat itu, inggris
menduduki tempat teristimewa dalam percaturan politik ekonomi internasional.
Sebagai
Negara imperialism modern inggris memerlukan pangkalan militer di Asia untuk
melindungi perdagangannya.Wilayah hongkong yang didapat dari cina pada 1842
merupakan tempat yang cocok untuk membangun pangkalan militer
inggris.Superintenden Elliot menyatakan bahwa hongkong mempunyai potensi
sebagai pangkalan militer dengan pantai berkelok-kelok sebagai perlindungan
sempurna bagi kapal-kapal inggris, letak hongkong juga sangat strategis karena
berada di dekat sungai Yang Tse yang merupakan pintu utama masuk cina.
Di
bawah inggris, hongkong dikepalai oleh seorang gubernur yang ditunjuk langsung
oleh ratu inggris, gubernur pertama yang ditunjuk oleh ratu inggris adalah
Henry Pottinger. Ibu kota hongkong terletak di kota Victoria dan status
hongkong sebagai koloni. Kebijakan yang diberikan oleh pemerintah inggris telah
mendukung perkembangan ekonomi hongkong.System yang ditandai oleh hak milik
perorangan, produksi barang-barang untuk memperoleh keuntungan dan pembentukan
bank kredit, serta menonjolkan kebebasan perusahaan ekonomis perseorangan yang
diterapkan di inggris juga ditetapkan di hongkong.
Perkembangan
hongkong di bawah inggris yang dikepalai oleh seorang gubernur menjadi salah
satu Negara industry maju.Gubernur hongkong dalammenjalankan tugasnya dibantu
oleh legislature caoncil (dewan legislative) yang langsung ditunjuk oleh gubernur.
Tata hokum hongkong sama seperti tata hokum inggris, bagi pengacara dan hakim
dalam menjalankan tugas harus memakai wig. Dalam bidang ekonomi pemerintah
inggris memberi kebijakan laissez faire, sehingga hongkong menjadi pusat
bisnis.Walaupun perkemmbangan hongkong yang utama di bidang ekonomi, namun
dalam bidang politik juga mengalami perkembangan yang ditandai dengan
pelaksanaan pemilu yang dilaksanakan pertama kali pada 1991 dan pemilu kedua
padada 1995.Partai demokrasi merupakan partai yang terbesar di hongkong, partai
demokrasi sering memberi bantuan orang cina yang keluar akibat masalah politik,
seperti pada saat terjadi tragedy Tianamen pada 1989. Sebagai partai demokrasi
tentu saja menjunjung tinggi hak asasi manusia dan berharap komunisme cina
tidak akan mengganggu demokrasi hongkong.
Kedatangan
para imigran dan triad dari cina pada awal kekuasaan inggris dan setelah perang
dunia II juga turut membantu pertumbuhan hongkong, karena mereka telah menjadi
pekerja pabrik maupun pedagang.Kemajuan hongkong dapat dilihat dari pendapatan
yang diterima oleh hongkong pada 1996. Ekspor hongkong mencapai 189,6 milliar
dolar Amerika Serikat dan impor 198 millliar dolar Amerika Serikat. Cina,
Amerika Serikat, dan Jepang merupakan mitra dagang terbesar hongkong. Kemajuan
bisnis di hongkong juga didukung oleh luwesnya penanaman modal, pajak yang
rendah, peraturan yang baik, dan pekerja terampil dan murah mudah diperoleh.
Dengan
luas wilayah 1.044.6 km2, hongkong pada 1997 dihuni sekitar 6,3 juta orang.
Hampir 60% penduduk sekarang lahir di hongkong, sisanya imigran dari cina dan
warga non-cina berasal dari Filipina, amerika, inggris, kanada, Indonesia,
Thailand, Australia, india, Malaysia.
Bangsa
inggris sangat bangga dengan perkembangan dan kemajuan hongkong walaupun pada
1997 hongkong kembali ke cina. Selain kebijakan yang diterapkan di hongkong dan
letak yang strategis,dukungan kemajuan hongkong juga berasal dari jasa para
pejabat inggris di hongkong dan ketekunan serta kerja keras rakyat hongkong.
Inggris telah membuat sejarah baru berkaitan dengan kemajuan koloninya, suatu
pemerintahan koloni berakhir dengan meninggalkan kemakmuran dan kekayaan rakyat
terjajah.Hongkong diserahkan kembali kepada cina pada 1 juli 1997, karena masa
sewanya telah habis.
2.3 BERDIRINYA
REPUBLIK RAKYAT CHINA
Revulusi China merupakan revolusi
yang panjang, setidaknya terdapat tiga masa revolusi yang terjadi di China.
Masa 1911, 1928, dan puncaknya 1949. Pada masa revolusi pertama yang terjadi
1911 sistem kekaisaran diganti dengan sistem republic dan masa panglima perang,
sedangkan revolusi 1921 pengambil alihan kekuasaan dari panglima perang
(warlord) ke dominasi satu partai, dan 1949 puncak dari revolusi China yang
menghasilkan RRC (Republik Rakyat China) dengan partai Komunis sebagai
penguasa.
2.3.1 Revolusi
1911
Kekalahan China atas Inggris pada
perang candu 1840-1842 dan 1856-1860 karena Inggris menyelundupkan candu serta
membeli porselin, teh, sutra, dan rempah – rempah pada Dinasti Manchu. Sejak
itu banyak daerah China yang menjadi kekuasaan bangsa asing seperti Jepang,
Amerika, dan Bangsa Eropa. Hal ini membuat kehidupan prekonomian dan politik
China semakin terpinggirkan karena pengaruh bangsa asing, peperintahan Dinasti
Manchu tidak dapat berbuat banyak. Hal ini menimbulkan banyak pergerakan yang
ingin mengulingkan Dinasti Manchu dan menggantikannya dengan kekuasaan dari
bangsa China sendiri.
Sun Yat Sen adalah salah satu tokoh
nasional China yang ingin ada Revolusi dalam pemerintahan China, Sun Yat Sen
dilahirkan di desa Xiangshanxian di Propinsi Guangdong pada tanggal 12 November
1866. Pendiri organisasi Dongmenghui yang bertujuan untuk mengusir bangsa
Manchu dan mengambalikan China menjadi bangsa Tionghoa yang berbentuk Negara
republik. Sistem kekaisaran di China berakhir setelah Sun Yat Sen mengobarkan
revolusi 1911 dan bercita – cita menyatukan China dalam satu pemerintahan yang
berdasarkan pada tiga sendi kedaulatan rakyat (San Min Chu I), yaitu Nasionalisme, Sosialisme, dan Demokrasi.
Pada tanggal 12 Maret 1912 Republik
China (ROC) terbentuk dan Presiden Sun Yat Sen digantikan oleh panglima perang
Yuan Shih Kai, kemudian mengankat dirinya sendiri sebagai presiden seumur hidup
dan Sun Yat Sen pergi ke Kanton mendirikan Partai Kuomintang (Nasionalis
China). Kekuasan Yuan Shih Kai berlangsung 1911-1916, ketika 1915 Yuan Shih Kai
melakukan Restorasi Baijing dan mengangkat dirinya sebagai kaisar, dampaknya
China selatan melepaskan diri dari Baijing. 1916 Yuan Shih Kai wafat
meninggalkan kekacauan di berbagai wilayah China, terutama di China Utara
karena Yuan Shih Kai belum menunjuk seseorang untuk menggantikan dirinya.
Dampaknya
panglima perang China utara membentuk kelompok – kelompok dan saling berebut
kekuasaan seperti, Feng Tian di bawah pimpinan Zhang Zo Lin di Manchuria,
Kelompok Zhi Li di Tian Jin di bawah pimpinan Zhao Kun dan di Propinsi Hunan di
bawah pimpinan Wu Pei Hu, dan kelompok An Fu di bawah pimpinan Qi Rui.
2.3.2 Revolusi
1928
Tahun 1916-1928 dikenal sebagai
periode warlordisme (Para Jenderal
Perang) kareana tidak ada penguasa tunggan dan warlord (Panglima Perang) saling berebut kekuasaan tunggal. Di
China selatan Sun Yat Sen masih memiliki pengaruh yang besar dan menjadi
presiden pergerakan republik sampai wafat 1925, digantikan Jenderal Chiang Kai
Shek dan berhasil mengalahkan warlord
(Panglima Perang) kemudian mempersatukan China di bawah pemerintahan Partai
Kuomintang (Nasionalis China) melalui Ekspedisi Utara pada tahun 1926-1928.
Jenderal Chiang Kai Shek bekerja sama dengan PKC (Partai Komunis China) untuk
dapat menaklukan warlord (Panglima
Perang), rencana operasi militer Ekspedisi Utara disusun oleh seorang penasehat
militer Uni Soviet Jenderal Vaseli Blucher dengan tujuan utama merebut kota
besar Nanking dan Shanghai.
Jenderal Vaseli Blucher menjalankan
rencana bawah tanah yakni penyebran Idiologi Komunis yang berhasil mempengaruhi
kaum buruh dan petani setempat untuk mendi pendukungnya, Dalam waktu singkat
berbagai kota besar di tepi Sungai Yan Tze berhasil direbut seperti Han Gou dan
Wu Han kemudian 1 Januari 1927 ibu kota nasionalis dipindah dari Kanton ke Wu
Han. Jenderal Chiang Kai Shek berhasil merebut kota besar di sebelah timur
China, Nanking yang selanjutnya dijadikan markas besar. Nasionalis China
seolah-olah mempunyai dua ibu kota yaitu Wu Han, yang didominasi sayap kiri,
dan Nanking yang didominasi sayap kanan. 10 Oktober 1928 Chiang Kai Shek
diangkat menjadi Presiden Republik China di Nanking dan mengorganisasikan
angkatan perang yang disebut Tentara Revolusi Nasional.
2.3.3 Perang
China – Jepang
Sejak tahun 1931 Jepang masuk ke
China, karena politik luar Negeri Jepang yakni politik Ekpansional Asia
ternasuk China. 1932 wilayah Manchuria diduduki oleh tentara Kekaisaran Jepang,
Agustus 1937 Jepang memperluas peperangan dengan menciptakan bentrokan
bersenjata di Shang Hai yang dijadikan sebagai alasan untuk mengerahkan
angkatan lautnya untuk menyelamatkan kepentingan Jepang di Shang Hai, dalam
waktu 3 minggu Shang Hai berhasil dikuasai oleh jepang. 3 Desember 1937 kota
Nanking, ibukota China jatuh ke tangan tentara Jepang. Hal ini menjadi awal
kekalahan – kekalahan China yang menyakitkan. Jepang membentuk Negara Boneka
seperti Presiden Wang Qing Wei di Nanking sebagai ibu kotanya, Presiden Puyi
bekas Kaisar China yang memerintah di Manchuria.
Partai Komunis China (PKC) dan
Kuomintang (KMT) bersatu untuk menghadapi Jepang, PKC di bawah kekuasaan Mao
Tse-tung yang dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1893 di desa Shao-shan di
Propinsi Hunan. Aliansi PKC dengan KMT terjadi selama 1937-1945, Mao Tse-tung
mengontrol Tentara Merah dan daerah-daerah yang sudah dibebaskan dari jepang.
anggota Tentara Merah (PKC) meningkat dari 2 juta menjadi 95 juta dan pasukan
merah (KMT) jumlahnya meningkat dari 30.000 menjadi hampir satu juta.
2.3.4 Revolusi 1949
Perang Dunia II yang meletus tahun
1941 antar dua kekuatan dunia antara poros dan sekutu, dimana Jepang tergabung
dalam anggota poros. Jepang kalah pada perang dunia II tahun 1945,
mengakibatkan pertikaian antara Partai Komunis China (PKC) dengan Kuomintang
(KMT) kembali memanas. pemerintah Republik China segera menginstruksikan kepada
segenap jajarannya untuk mengambil alih kedudukan tentara Jepang di seluruh
pelosok wilayah China.
Zhu Te (Panglima Angkatan Bersenjata
PKC) memerintahkan agar sebagian tentara merah untuk memasuki mancuri dan
melucuti senjata jepang untuk PKC, China meminta bantuan kepada AS supaya tidak
terjadi perang saudara dan untuk menyelesaikan perpecahan antara KMT dan PKC.
AS mengutus Jenderal George Marshall dengan ide melebur bua tentara menjadi satu (Tentara Nasional), pasca Jenderal George Marshall wafat, konfik KMT
dan PKC kembali memanas dan semakin meluas.
Tentara
merah segera bergerak ke selatan Sungai Yang Tze untuk untuk merebut ibu kota
pemerintah Nasionalis China di Nanking, lalu menguasai Hangou, Shanghai dan
Qingdao. Akibatnya ibu kota pemerintah Nasionalis China di pindahkan ke Kanton,
Mao Tse-tung pembentuk Negara China sebagai Negara Komunis dengan membentuk
Panitia Persiapan Majelis Permusyawaratan Politik. Panitia ini berhasil memilih
21 orang untuk menjabat sebagai Dewan Harian dengan Mao Tse-Tung sebagai ketua
dan Chou Enlai sebagai wakil ketua.
PKC berhasil menyingkiran KTM dan
pada tanggal 1 Oktober 1949 memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China (RRC)
yang beribukota di Beijing, Bendera Nasional RRC berwarna merah melambangkan
revolusi dengan empat bintang kecil-kecil berwarna kuning di bagian pojok atas
yang masing – masing melambangkan klas buruh, klas tani, klas borjuis kecil,
klas borjuis nasional, dan sebuah bintang besar berwarna kuning yang dilingkari
empat bintang kecil tersebut di atas, yang melambangkan kepemimpinan Partai
Komunis. Pemimpin tertinggi tentara RRC berada di tangan Zhu De, sedangkan
jabatan Perdana Menteri merangkap
Menteri Luar Negeri dipegang oleh Chou Enlai.
Pada 14 Oktober 1949 Kanton berhasil
dikuasai Tentara Merah, sehingga pemerintah nasionalis terpaksa pindah ke
Chongqing dan 28 November 1949 Chongqing berhasil di kuasai Tentara Merah. Yunnan dan Hainan di kuasai
Tentara Merah Sehingga pemerintah nasionalis tidak memiliki wilatah lagi di
China daratan, Pemerintahan Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taipei yang
terletak di Pulau Formosa (Taiwan). tanggal 1 Maret 1950 Chiang Kai Shek kembali
menjadi presiden Republik China (Taiwan).
Setelah berdirinya Republik Rakyat
China, Uni Soviet (Rusia) segera memberikan pengakuan kedaulatannya atas RRC
dan membangun hubungan diplomatiknya dengan pemerintahan Nasionalis China. Pada
tanggal 30 Desember 1949 India merupakan Negara di luar blok Soviet yang
pertama kali memberikan pernyataan kedaulatan atas RRC, Pada tanggal 6 Januari
1950 Inggris menyatakan pengakuan kedaulatan terhadap RRC sehingga Inggris
merupakan negara demokratis Barat pertama
yang mengadakan hubungan dengan pemerintahan komunis China.
2.4 KEBIJAKAN DI
BIDANG SOSIAL EKONOMI
2.4.1 Reformasi
Agraria
Sejak Tahun 1927 China melakukan
Reformasi Agraria dengan komunis sebagai pengeraknya, land reform adalah pengambil
alihan sebagian kecil tanah milik taun tanah dan petani kaya oleh komunis
kemudian di berikan kepada petani miskin atau petani pengarap. Hal ini bertuan
untuk menghancurkan kelas bangsawan tuan tanah, petani kaya, dan petani
menengah serta mendirikan pusat kekuasaan politik komunis di desa-desa.
Kebijakan land reform di China
berlandaskan pada 28 Juni 1950 mengenai hukum penertiban tanah.
Sejak dahulu China mempunyai
beberapa kelas Agraria seperti :
1. Tuan
tanah (landlords) yaitu mereka yang
memiliki tanah luas tetapi tidak mengerjakannya sendiri dan hidup dengan
mengeksploitasi tenaga orang lain.
2. Petani
kaya (rich peasants) yaitu mereka
yang memiliki tanah tetapi tanah tersebut dikerjakan sendiri, terkadang
mempekerjakan orang lain atau menyewakan tanahnya kepada petani miskin.
3. Petani
menengah (middle peasants), petani
yang mengerjakan tanahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
4. Petani
miskin (poor peasants) yang hanya
memiliki tanah sempit atau menyewa tanah dari orang lain.
5. Orang
yang tidak memiliki tanah dimana mereka harus menjual tenaganya dengan mengolah
tanah orang lain.
Tetapi
pada pelaksanaannya terjadi peyimpanggan, petani miskin berkumpul dan menyerang
tuan tanah dan petani kaya dengan senjata kepalan tinju, clurit, pedang,
parang, dan benda-benda tajam lainnya dengan brutal karena diperlakukan tidak
manusiawi ketika menjadi buruh. Sedangkan Partai Komunis yang berkuasa tidak melarang
hal tersebut, hal ini membuat anggota Partai Komunis terbesar berasal dari kaum
petani yang dirugikan.
2.4.2
Sentralisasi Pajak
Pemerintah
menetapkan bahwa pajak pertanian, pajak komoditi dan berbagai macam pajak
industri dan komersial harus diserahkan kepada pusat pada 1950. Pemerintah
daerah tidak diberi kekuasaan untuk mengeluarkan pendapatan yang diperoleh dari
pajak daerah, pendapatan pemerintah mengalami kenaikan dari 6,5 milyar yuan
pada tahun 1950 menjadi 13,3 milyar pada tahun 1951.
2.4.3
Nasionalisasi Perusahaan
Pemerintah mengumumkan semua
industri dan perdagangan milik swasta harus dinasionalisasi pada bulan juli
1955. Teorinya: negara adalah pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan
mantan pemilik perusahaan terkait yang selama 20 tahun ke depan hanya boleh
memiliki 5% dari nilai perusahaan mereka, pemilik perusahaan yang lama tetap
bekerja sebagai manager dan digaji cukup tinggi tetapi di atas mereka ada
seorang pejabat partai.
2.5 KEBIJAKAN
BIDANG SOSIAL POLITIK
2.5.1 Politik
Luar Negeri
Dengan Idelogi Komunis yang
berkuasa, RRC secara tegas menunjuk Amerika sebagai musuh utama karena menganut
imperalisme sebagai cara memperkaya bangsa induk dan Uni Sovie sebagai sahabat
karena menganut sosialisme. Dalam hubungan luar negeri RRC mendukung Uni Sovie
dalam semua posisi Internasional dan bersahabat dengan Negara – Negara Sosialis,
dan membantu Negara – Negara Komunis untuk melakukan Revolusi di negaranya
masing – masing.
Saat meletusnya Perang Korea Juni
1950, RRC memberikan dukungan kepada Korea Utara dengan mengirimkan pasukannya.
Tentara RRC yang berjumlah 130.000 pasukan yang di pimpin Jenderal Peng Dehuai,
menyeberangi Sungai Yalu dan berhadapan dengan pasukan Amerika Serikat yang
membela Korea Selatan. Pada perkembangannya RRC melai tidak muas akan kedudukan
Uni Soviet di mata internasional yang menggap kepala komusia duna adalah Uni
Soviet, ketika hubungan RRC dan Soviet semakin memburuk 1972 terdapat perubahan
sistem internasional:
1. Zona
super power yang terdiri atas imperialisme AS dan imperialisme sosial Uni
Soviet.
2. Zona
sosialis yang terdiri dari Negara - Negara sosialis.
3. Zona
antara pertama yang terdiri dari Negara - Negara Asia, Afrika, dan Amerika
Latin.
4. Zona
antara kedua yang terdiri dari Negara - Negara Kapitalis tertentu di Timur dan Barat
kecuali super power.
Dengan
demikian RRC dengan Uni Soviet semakin tidak terkendali dan puncaknya RRC
memutuskan hubungan Internasional dengan Uni Soviet dan tidak menganggap Uni
Soviet sebagai pemimpin Komunis Dunia. Sejak pertengahan 1970 politik luar
negeri RRC berusaha memperbaiki dan menjalin hubungan baik dengan AS demi
menandingi Uni Soviet.
RRC dan AS sepakat melakukan
perundingan berkala dengan mengirim duta besar masing – masing Neagara, RRC
mengajukan hubungan baik dengan selogan “rakyat China dan rakyat Amerika”
kemudian Amerika setuju dan menarik pasukannya dari Vietnam hal ini dikenal
dengan “Diplomasi Ping - Pong”. Sehingga pada sidang PBB Oktober 1971 RCC
diakui dan masuk dalam keanggotaan, hal ini berbalik dengan Pemerintah Nasionalis
China di Taiwan yang batal menjadi anggota PBB dengan berbagai alasan.
2.6 KEHIDUPAN
SOSIAL BUDAYA
2.6.1 Agama
Konfusianisme awalnya merupakan
suatu filsafat moral kemudian berkembang menjadi ajaran agama, Konfusianisme
dijadikan sebagai agama resmi Dinasti terdahulu. Ada pula Budha dari India, Katolik
yang dibawa pedangan eropa yang disebut Nestorianisme. Ajaran ini berkembang
saat Kekaisaran Mongol abad 13-14 M, puncak penyebaran agama Kristen Katolik
dan Kristen Protestan pada Dinasti Ming dan Ching karena maraknya pedagang
asing dan terbukanya penguasa.
Kristen
Katolik dan Kristen Protestan berkembang dengan membangun lembaga pendidikan
bagi Orang Eropa yang tinggal di China dan orang China yang tertarik. Pasca
Revolusi 1949 yang dimenangkan Komunis, 59% masyarakat China menjadi atheis
atau tidak percaya Tuhan. 33% penduduknya menganut kepercayaan tradisi atau
gabungan Taoisme dan Budhisme. Sedangkan penganut Budha Mahayana sekitar 100
juta orang, Budha Teravada dan Budhisme Tibet diamalkan oleh minoritas di
perbatasan barat laut Negara RRC. 18 juta penduduk Muslim (Islam Suni) dan 14
juta jiwa penganut Kristen terdiri dari 4 juta penganut Kristen Katolik dan 10
juta penganut Kristen Protestan.
PKC menganggap Agama merupakan
sarana untuk memperlambat kemajuan Negara, PKC melarang semua aliran
kepercayaan yang illegal, karena RRC menganut atheis. Para pemuka agama
menadapatkan intimidasi, siksaan, ancaman, kekerasan, dan penutupan temapat –
tempat ibadah dari PKC, pemerintah secara resmi mengumumkan untuk memenjarakan
seumur hidup atau hukuman mati bagi yang melakukan kegiatan – kegiatan
keagamaan pada 1951.
2.6.2 Pendidikan
Sejak 1949 pendidikan dijadikan
sarana untuk menyebarkan ajaran – ajaran baru yang revolusiner dalam bidang
masyarakat sosialisme, Oktober 1951 dilakukan “Reformasi Sistem Pendidikan”
yakni wajib pendidikan selama lima tahun (1953-1957) dan pelatihan – pelatihan
bagi pekerja dan petani guna mengasah keterampilan lain. Krikulum 1958 mengutamakan peningkatan hasil pertanian,
pada sekolah menengah atas diberikan studi politik, ideologi, dan aritmatika,
sedangkan bagi para petani diberi pelatihan mengenai reparasi mesin pertanian dan
mengemudikan traktor.
RRC mencegah urbanisasi dengan cara
semua lulusan sekolah menengah yang menganggur “tidak bekerja di pabrik atau
industri” dan yang tidak melanutkan di universitas, di arahakan untuk mengelola
desa sendiri di bidang pertanian dengan dibantu pemerintah. Sebelumnya sekolah
dasar dan sekolah menengah bila dibagung dua belas tahun tetapi sudah dirubah
menjadi sembilan tahun, guru wajib menaik kelaskan murid. Dalam perguruan
tinggi kaum buruh, petani miskin, dan petani menengah bawah boleh menempuh
Universitas dan cuma berlangsung tiga tahun. Terjadi perubahan besar pada 1971
dimana Sekolah dan universitas hanya untuk kaum buruh dan petani yang boleh
belajar.
2.6.3 Seni
Pemerintah
RRC membentuk lembaga sensor buku 1959, Mao
Talks Yan’an (Ceramah-ceramah Yan"an
mangenai Sastra dan Seni) diterapkan sebagai pedoman agar penulisan menggunakan
gaya realisme sosialis. Dampaknya RRC pada awalnya tidak mempunyai banyak
sastra moderen yang dipublikasikan. 1978 Puncak sastra digunakan sebagai sarana
politik seperti Novel – novel, cerita
pendek dan drama mengikuti pola yang sudah ditentukan dimana penjahat selalu
kalah dengan kebaikan, hitam – putih toloh jelas, pahlawan harus sempurna dalam ideologi, motif,
tindakan, penuh keberanian, dan tidak pernah menipu.
Sedangkan
penjahat penuh keburukan, mencurigakan, dan digerakkan oleh perasaan dendam dan iri hati. Tidak ada
tolok yang berada di tengah tengah atara baik dan buruk. Pada akhirnya penjahat
dieksekusi atau dihukum mati, pahlawan memperoleh kemenanggan demi kemenanggan,
peperanggan gigambarkan sesuatu yang gemilang dan romantik.
Opera dan Filem sangat bercorak
mengugah semangat “kekerasan” seperi bangsa asing datang kemudian menyiksa,
memperkosa, dan membuhun warga. Sekian lama datang pasukan yang mengalahkan serta
menyelamatkan dan warga hidup bahagia. RRC berusaha menghilagkan kebudayaan
tradisi China meliputi seni lukis, peribahasa, bahasa, dan sebagainya. Karena
dianggap bersifat kolot, feudal, dan berbahaya. Buku – buku yang tidak sesuai
dengan semangat revolusioner di hancurkan dan di bakar oleh pemerintah. Kategori buku
tersebut seperti klasik China, dan terdapat juga buku - buku karya Shakespeare,
Charles Dickens, Byron, Shelley, Shaw, Thackeray, Dostoyevsky, Turgenev,
Chekov, Ibsen, Balsac, Maupassant, Flaubert, Dumas, Zola, dan buku-buku klasik
lainnya.
Pemerintah RRC melarang keras musik
barat yang tidak mempunyai makna, musik yang diperbolehkan yakni musik klasik
Tiongkok yang mempunyai makna yang dalam seperi pertempuran, perasaan duka cita,
sungai di gunung, angsa – angsa beterbangan, dan sebagainya. Dampaknya banyak
pianis dan pemusik gipotong tangan atau jarinya oleh komunis.
Sedangkan seni lukis harus dihiasi
dengan gambar bendera merah kecil atau cerobong asap pabrik, traktor di ladang,
dan sebagainya. Sedangkan lukisan bunga - bungaan, ikan mas atau pemandangan
alam mendapat kecaman dari pemerintah komunis.
Dalam gaya hidup keseharian, kaum
perempuan tidak boleh lagi berambut panjang dan berdandan sesukanya. Bila ketahuan
maka rambut mereka akan dipotong dan celana panjang ketat mereka akan dirobek di depan umum. Pada
umumnya busana yang dikenakan berupa model jas dan celana panjang longgar
berwarna abu-abu, biru, dan hitam. Masyarakat paksa hidup sederhana dan tidak
menunjukkan kelas kelas mereka di tempat umum.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Awal kedatangan bangsa asing ke
China merupakan perdanggan Teh dan Porselin, Inggris Negara barat pertama yang
membengun perdanggan dengan Dinasti Manchu yang berkuasa di China saat itu,
selain itu Inggris juga inggin menjualkan barang jenis Tropika seperi Opium ke
China. Hal ini membuat wasyarakat China terkena candu oleh Opium itu sendiri.
Pada puncaknya Inggris melakuukan
peperanggan dengan China memanfaatkan Opium itu pada perang candu I dan Perang
candu II, di mana Inggris memengnkan perang dan berhasil menancapkan
Imperalisme nya di tanah China.
Sebelum
mendapatkan Kemerdekkan China berjuang dan melakukan bermacam cara, baik diplomasi
maupon revormasi, kerika China melawan Jepang dua kutup partai China dapat
bersatu baik yang Nasionalis maupun yang Komunis. Pasca kemerdekkan China yang
diawali dengan berdirinya RRC yang di menanggakan oleh Partai Komunis, China
membela habis habisan Uni Soviet di mata dunia.
Ambisi China memuncak ingin dikenal
sebagai pemimpin komunis dunia dengan melawan Uni Soviet, meskipun tidak mudah
dan haurus berteman dengan musuh utama RRC yakni AS, China memilihnya agar bias
di akui oleh PBB dan bisa menandingi Uni Soviet.
Ketidaka RRC berdiri banyak
kebijakan dilakukan Pemerintah Komunis seperti land reform ketika awal Revormasi Agraria yang pelaksanaannya
sangat melenceng, dimana walnya di lakukkan oleh Komunis dengan mengambil
sedikit lahan atau tanah pemilik petani kaya dan tuan tanah tetapi warga desa
miskin sendiri yang merampas tanah – tanah milik petani kaya dan tuan – taun
tanah.
Kebijakan – kebijakn yang
dikeluarkan komunis pererti Nasonalisai Perusahaan dan Sentralisasi Pajak
sangat menguntungkan pemerintah RRC itu sendiri. Selain itu dalam kehidupan masyarakat
RRC tidak lepas dari peranan Komunis seperti pelaranggan agama, pembatasan
karaya sastra, seni lukis, seni musik dan pakaikan. Semata – mata ingin
mempertegas kalau RRC Negara Sosialis Komunis.
DAFTAR PUSTAKA
• Abdullah Gozali. 2000. Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur 1800-1963. Kuala Lumpur: Fajar Bakti.
• Agung S, Leo. 2007. Sejarah asia timur. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
• Agung S, Leo. 2016. Sejarah asia timur 2. Yogyakarta: penerbit ombak.
• Wibowo. 2009. Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina: Negara dan Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Abdullah Gozali. 2000. Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Timur 1800-1963. Kuala Lumpur: Fajar Bakti.
• Agung S, Leo. 2007. Sejarah asia timur. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
• Agung S, Leo. 2016. Sejarah asia timur 2. Yogyakarta: penerbit ombak.
• Wibowo. 2009. Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina: Negara dan Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.