Rabu, 21 Juni 2017

Eropa di Tengah Perang Dingin

Eropa di Tengah Perang Dingin


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setelah perang dunia ke II berahir, muncul perang baru antra kedua negara adidaya yakni Uni Soviet dan Amerika. Sepak terjang kedua Negara patut dikaju karena mempunyai peran yang sangat besar terhadap percaruran politik dunia. Uni Soviet dengan ideologi sosialis-komunisnya dan Amerika dengan ideologi liberar-kapitalisnya mempunyai sudut pandang yang sangat berbeda dalam melihat dunia. Oleh sebab itu menarik dikaju untuk membahas materi “Eropa Di Tengah Perang Dingin”.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perang dingin?
2.      Bagaimana latar belakang dan faktor penyebab perang dingin?
3.      Bagaimana perang dingin di Jerman?
4.      Bagaimana berlangsungnya perang dingin?
5.      Bagaimana dampak perang dingin?

1.3 Tujuan
1.      Memahami perang dingin.
2.      Memahami latar belakang dan faktor penyebab perang dingin.
3.      Memahami perang dingin di Jerman.
4.      Memahami berlangsungnya perang dingin.
5.      Memahami dampak perang dingin.

1.4 Metode
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis mempergunakan metode kepustakaan, yaitu penggalian bahan yang akan dibahas dengan cara membaca beberapa buku sebagai acuan atau landasan teoritis sebagai sumber penulisan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perang Dingin
Berakhirnya Perang Dunia II tidak berarti perang telah selesai namun justru memasuki babak baru dalam sejarah dunia. Kekalahan di pihak fasisme mendorong demokrasi semakin berkembang. Namun demikian, demokrasi terpecah dalam beberapa paham lagi, diantaranya adalah demokrasi liberal yang diusung oleh Amerika Serikat dan demokrasi komunis yang diusung oleh Uni Soviet (Budiardjo, 2008:105).
Uni Soviet dan Amerika Serikat sebagai negara yang memenangkan Perang Dunia II berambisi untuk menjadi negara adidaya. Uni Soviet memiliki kekuatan yang besar dengan pengaruhnya di berbagai tempat dan ditakuti oleh dunia. Kekuatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sudah nampak lebih besar dibandingkan dengan negara-negara lain sejak Perang Dunia II berlangsung yang selanjutnya telah mengubah kekuatan poten-sial Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi kekuatan militer. Kenyataan ini memunculkan terminologi Negara super power (Nye, 1992: 90).
Istilah Perang Dingin diperkenalkan pertama kali pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan ketegangan dan kompetisi yang terjadi di antara kedua negara adikuasa. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang seperti dalam koalisi militer, ideologi, psikologi, intelijen, industri dan pengembangan teknologi, pertahanan, perlombaan nuklir, persenjataan, dan lain-lain (Bambang, 2007: 59).
Ditakutkan bahwa perang ini akan diramalkan berakhir dengan perang nuklir. Tetapi ramalan tersebut tidak pernah terjadi. Meskipun kedua negara adikuasa itu belum pernah bertempur secara langsung (face to face), akan tetapi konflik di antara keduanya secara tidak langsung telah menyebabkan berbagai konflik di belahan dunia dan perubahan tatanan dunia (world order). Seperti pecahnya perang Korea, jatuhnya China menjadi negara komunis, invasi Soviet terhadap Hongaria dan Cekoslovakia, terbaginya Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin serta meletusnya Perang Vietnam (Miller, 2006: 118).
Selama Perang Dingin, Rusia di era Uni Soviet berhasil mendapatkan buffer-zone yang memadai untuk kepentingan strategis dari negara-negara yang tergabung dalam Uni Soviet (Ukraina, Belorussia, Estonia, Latvia, Lithuania, Moldova). Negara-negara ini adalah bagian dari Uni Soviet yang terletak di Eropa Timur. Buffer-zone bagi Rusia juga dari negara-negara komunis satelit di Eropa Timur (Polandia, Bulgaria, Romania, Cekoslovakia, dan Jerman Timur) (Muhammad, 2015: 77).
Setelah Amarika dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaiamana cara yang tepat untuk membangun bangsa Eropa pasca perang. Selama beberapa decade selanjutnya, persaingan diantara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah keseluruh dunia ketika Amerika membangun “Pertahanan” terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai Negara, terutama dengan Negara di Eropa Barat, Timur dan Asia Tenggara (Djaja, 2012: 202).

2.2 Latar Belakang dan Faktor Penyebab Perang Dingin
Latar belakang terjadinya perang dingin antara lain munculnya Amerika sebagai Negara pemenang perang, Amerika berperan dalam membantu perekonomian bangsa Eropa Barat. Rusia (Uni Soviet) muncul sebagai negara besar yang berperan membebaskan Negara-negara Eropa Timur dari tanggan jerman serta membangun perekonomian Negara-negara Eropa Timur.
Adapun faktor-faktor utama yang menyebabkan perang dingin sebagai berikut :
1.      Penyebaran Ideologi
Ideologi Amerika yang mengunakan faham Liberal Kapitalis dan Uni Soviet yang mengunakan faham Sosial komunis saling bertentanggan antara kedua delah pihak. Hal ini menimbulkan pengeruh untuk menyebarkan Ideologinya ke seluruh dunia.
2.      Keinginan Untuk Berkuasa
Pendekatan yang dilakukan oleh Amerika terhadap negara-negara yang berkembang adalah memberikan suntikan modal dengan bungan yang lunak dengan harapan, kelak negara-negara tersebut bersedia untuk menjadi tempat atau pasar dari barang-barang minik Amerika. Sedangkan Uni Soviet dengan mengirim tenaga ahlinya dan senjata kepada Negara-negara yang ingin memperjuangkan nasionalismenya.
3.      Berdirinya Pakta Pertahanan
Guna mengatasi berbagai perbedaan yang ada dan kepentingan untuk dapat berkuasa maka Negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat mendirikan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau organisasi pertahanan Atlantik Utara. Sedangkan Uni Soviet mendirikan Pakta Warsawa dengan tujuan untuk menyaingi NATO dengan angotanya Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cakoslovia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania (Djaja, 2012: 203).

2.3 Perang Dingin di Jerman
Perang Dingin (Cold Wor) dimulai setelah berahirnya Perang Dunia II sejak jerman menjadi dua wilayah, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur. Selama rentang waktu 28 tahun (1961 – 1989), Tembok Berlin atau Berliner Mauer menjadi sebuah bentuk pengisolasian ekstrem yang memakan korban dan semakin memicu ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Tembok ini pun menjadi simbol monumental perang dingin yang akhirnya meruntuhkan kekuatan si “Tirai Besi” Uni Soviet.
1.      Latar Belakang Dibangunnya Tembok Berlin
Kemenangan sekutu mengalahkan kekuatan Nazi Jerman pada Perang Dunia II, menyisakan Amerika dan Uni Sovyet sebagai negara Adidaya dengan ideologi, ekonomi, dan kekuatan militer yang sama-sama besar. Sebagai upaya pemulihan dan stabilisasi Jerman setelah kalah perang, Dewan Pengawas Sekutu yang menduduki Jerman saat itu, menyepakati bahwa sistem pengawasan Jerman akan dibagi menjadi 2 bagian. Uni Sovyet didaulat untuk mengontrol Jerman bagian timur. Sedangkan negara-negara sekutu non komunis, yaitu Amerika dan sekutu-sekutu NATO, memegang kontrol atas Jerman bagian barat.
Kota Berlin yang merupakan ibu kota Jerman dan berada di wilayah timur pun ikut dibagi menjadi dua bagian, yaitu barat dan timur. Pemisahan wilayah ini menyebabkan keresahan bagi beberapa pihak, khususnya masyarakat Berlin Timur. Sebagian warga memandang bahwa Berlin Barat memiliki harapan yang lebih baik, sehingga mereka berbondong-bondong melakukan migrasi dan mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik. Pemerintah Jerman Timur melihat kondisi tersebut sebagai sebuah ancaman.
Ada kekhawatiran bahwa kekuatan barat mencoba mengambil alih wilayah mereka. Itu sebabnya Uni Soviet mulai membatasi akses keluar-masuk dengan membangun pembatas untuk memblokade Berlin Barat. Awalnya pembatas ini hanya berupa kawat berduri sepanjang lebih dari 155km. Pada tahun 1962–1965 pembatas ini dipatenkan menjadi tembok dan terus disempurnakan hingga selesai di tahun 1980.
Tidak hanya berupa tembok beton, perbatasan ini juga disertai dengan ratusan menara penjaga yang dilengkapi dengan pipa licin di atasnya, kawat jala, penahan sinyal, dan parit-parit berisi ranjau penahan kendaraan untuk mencegah semakin besarnya arus migrasi penduduk Berlin Timur ke wilayah Jerman Barat. Hal ini menimbulkan ketegangan yang tinggi Antara Blok Barat dan Blok Timur. Walaupun tidak sampai terjadi pertarungan militer secara langsung, namun kondisi ini menimbulkan Perang Dingin di antara kedua kekuatan tersebut.
2.      Akibat Dibangunnya Tembok Berlin
Sebenarnya benih-benih Perang Dingin sudah ada sejak masa Perang Dunia II. Besarnya kekuatan sekutu barat di Eropa, mendorong Uni Soviet bersikap ofensif dan berpacu agar bisa mendapatkan pengaruh dari negara-negara Eropa Timur. Sedangkan sekutu menganggapnya sebagai upaya perluasan demokrasi melalui ideologi komunis.
3.      Ketegangan politik antar blok
Berdirinya Tembok Berlin semakin memperkuat hembusan Perang Dingin di antara kedua blok tersebut. Sikap ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesalahpahaman di masa ini memicu berbagai ketegangan politik yang diikuti dengan upaya-upaya spionase, propaganda serta kompetisi non politis lainnya. 
4.      Memakan korban jiwa
Selama berdirinya Tembok Berlin, terdapat sekitar 5000 orang yang mencoba untuk kabur melintasi perbatasan tersebut, dan sekitar 100–200 orang diduga mati tertembak karena ketahuan oleh penjaga perbatasan (Sebenarnya jumlah korban masih belum dapat dipastikan karena Uni Soviet menyembunyikan orang yang ditembak mati).
5.      Membuat kehidupan masyarakat terpuruk
Berdirinya Tembok Berlin tidak hanya memperpuruk kehidupan warga Berlin Timur, namun juga warga Berlin Barat. Aksi patroli dengan menempatkan pasukan militer barat di jalan resmi yang diizinkan oleh Soviet, berimbas pada penutupan seluruh akses darat menuju Berlin Barat. Termasuk di dalamnya akses lalu lintas logistik dan perdagangan. Peristiwa ini merupakan kondisi terparah selama perang dingin yang disebut “Blokade Berlin”. Berlin pun terisolasi di musim dingin dan hanya memiliki suplai makanan untuk 35 hari dan persediaan arang untuk 45 hari.
6.      Respon dan Upaya Pembebasan
Di kawasan Berlin Timur, aksi unjuk rasa meminta perbaikan hidup dan kesejahteraan dilawan dengan tindakan represif. Sedangkan dari kawasan barat, respon terhadap pembangunan Tembok Berlin datang dari berbagai pihak. Mulai dari gerakan pemuda Jerman di kawasan Berlin Barat yang bergaya radikal dan memicu pemberontakan pelajar, aksi penolakan warga yang dipimpin walikota Berlin Barat, hingga kritik langsung yang disampaikan oleh Presiden Amerika saat itu, John F Kennedy.
Aksi “Blokade Berlin” yang menutup semua akses darat kota Berlin dihalau dengan mengerahkan bala bantuan melalui udara yang disebut sebagai “Operation  Vittles/Plainfare”. Uni Soviet tidak bisa mengklaim pesawat kargo sebagai ancaman militer. Jika mereka menembaknya maka mereka melanggar perjanjian yang telah dibuat dan akan memicu peperangan terbuka. Sebanyak 1.543 ton bahan makanan dan 3.475 ton arang berhasil dibawa untuk menghidupi 2 juta warga Berlin Barat setiap harinya. Belum lagi misi tidak resmi “menyumbangkan cokelat bagi anak-anak Berlin” yang digalang oleh pilot-pilot pesawat kargo, yang kemudian menjadi proganda sukses  untuk menyudutkan dan  membuat malu Uni Soviet. Pada tanggal 11 mei 1949 blokade ini pun akhirnya dihentikan.
7.      Keruntuhan Tembok Berlin dan Berakhirnya Perang Dingin
Ambruknya perekonomian akibat belanja militer, naiknya harga minyak, serta melemahnya reputasi dan kekuatan militer Uni Soviet membuat negara Adidaya tersebut secara resmi mengumumkan untuk tidak lagi ikut campur terhadap urusan dalam negeri negara-negara sekutunya di Eropa timur. Berbagai kebijakan dan lobi pun dilakukan oleh negara-negara tersebut, seperti misalnya dibukanya izin melewati perbatasan Hungaria, Cekoslowakia, serta pintu penyeberangan melalui titik persimpangan Jerman Barat dan Jerman Timur.
Hal ini tentu saja menyebabkan terjadinya gelombang migrasi besar-besaran. Puluhan ribu orang keluar dari Jerman timur dan pergi ke arah barat. Kondisi ini membuat petugas perbatasan kewalahan dan akhirnya pada tanggal 9 November 1989, Politbiro yang dipimpin oleh Krenx membuka perbatasan dan membiarkan warga untuk melintas. Setelah arus pengungsian, demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan Jerman Timur pun terjadi di mana-mana sehingga memberikan tekanan tersendiri bagi para pimpinan pemerintahan.
Runtuhnya Tembok Berlin  pada  tanggal 13 Januari 1990 dan dideklarasikannya penyatuan Jerman pada tanggal 3 Oktober 1990 menjadi momentum kebebasan bagi warga Jerman. Pada tanggal 25 Desember 1991 pembubaran Uni Soviet pun dideklarasikan bersamaan dengan berakhirnya perang Dingin yang meliputi Eropa selama lebih dari 40 tahun.

2.4 Berlangsungnya Perang Dingin
            Dalam waktu singkat (1945-1948) Uni Soviet berhasil membentuk pemerintahan komunis di Bulgaria, Rumania, Hongaria, Polandia, dan Cekoslavikia. Oleh karena perkembangan pengaruh Uni Soviet sangat cepat dan pertumbuhannya pesat, Amerika perlu membendung kekuatan komunis, hingga akhirnya Amerika menyusun politik Containment Policy yang bertujuan untuk mencegah berkembangnya pengaruh suatu Negara atau suatu system politik dari pihak lawan.
1.      Sistem Aliansi
·         Cominform (The Communist Information Bureau) pada 1947. Cominform adalah wadah kerja sama partai-partai komunis Eropa yang berpusat di Beograd, Yugoslavia.
·         NATO (North Athlantic Traty Organization) pada 4 April 1949. Negara-negara anggotanya yaitu, Inggris, Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, Portugal, Kanada, dan Amerika Serikat.
·         Pakta Warsawa pada 1955. Negara-negara anggotanya yaitu, Jerman Timur, Cekoslavakia, Hongaria, Bulgaria, Polandia, Rumania, dan Albania. Pakta Warsawa merupakan kerja sama pertahanan dan keamanan negara-negara komunis.
·         SEATO (South East Asia Treaty Organization) pada 1954. SEATO merupakan kerja sama pertahanan antara negara-negara Asia Tenggara dengan pihak Barat. Negara-negara anggotanya yaitu, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Filipina, Singapura, dan Selandia Baru.
2.      Kegiatan Spionasi
Pembentukan agen mata-mata oleh Amerika (CAI) dan Uni Soviet (KGB), berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut kedua belah pihak atau negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak.
3.      Perlombaan Teknologi Persenjataan
Perlombaan antara kedua belah pihak dengan senjata nuklir dan membangun pusat-pusat tombol peluncuran senjata nuklirberbagai negara yang dibawah pengaruhnya. Untuk mengurangi keteganggan, PBB membentuk Atomic Energy Commission untuk mengembangkan tenaga atom dan mencegah pengunaannya untuk perang. Desember 1946 komisi PBB mengadakan pengawasan dan pengaturan ketat guna mencegah produksi senjata atom, Uni Soviet keberatan dan mengadakan uji coba bom atom pada Mei 1949 dan di susul Amerika pada November 1952.

2.5 Dampak Perang Dingin
1.      Bidang Politik
Demi kepentingan politik kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah terhadap terhadap negara Korea, Vietnam, dan Jerman. Dampak langsung terhadap adanya perang dingin adalah dibangunya Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat yang dipengaruhi liberalis (Amerika) dan Jerman Timur yang dipengaruhi Komunis (Uni Soviet).
2.      Bidang Ekonomi
Amerika memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang berkembang berupa Marshall Plan. Amerika memberikan bantuan “Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikan berupa dolar dan membeli barang-barang Amerika Serikat. Dampak dari perang dingin Blog Barat (Eropa Barat) dan Blog Timur (Eropa Timur) perekomoniannya tidak seimbang dan Blog Barat lebih maju daripada Blog Timur.
3.      Didang Militer
Dengan adanya senjata nuklir yang dikembangkan secara pesat oleh kedua Negara, masyarakat, dunia mengalami ketakutan yang lebih luasakan adanya kemungkinan perang nuklir yang sebenarnya oleh kedua negara yang bersengketa. Saat itu sudah ada rumor Uni Soviet meletuskan atau meluncurkan roket-roketnya ke arah Amerika dari Kuba dan Amerika tidak tinggal diam. Amerika menandatangani terbentuknya NATO, bila ada salah satu negara NATO yang diserang, maka seluruh angota NATO harus siap membantu atau membela. Dampaknya Uni Soviet menarik rudalnya dari Kuba.
4.      Bidang Luar Angkasa
Terlepas dari siapa yang pertama kali menyebarkan berita ini, namun dengan adanya Perang Dingin secara tidak langsung berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan keluarangkasaan berawal dari Uni Soviet yang meluncurkan pesawat Sputnik I dan Sputnik II yang ditandingi oleh Amerika dengan meluncurkan pesawat Explorer I dan Explorer II, Discovery dan Vanguard. Kemudian Uni Soviet mendaratkan Lunik dibulan dan astronot pertamanaya Yuri Gagarin dengan pesawat Vostok I yang berhasil mengelilingi bumi selama 108 menit. Sementara Amerika Serikat mengirim astronot pertamanya yaitu Alan Bartlett Shepard yang berada diluar angkasa selama 15 menit.


5.      Bidang Sosial Budaya
Munculnya undang-undang HAM karena adanya demokrasi dan keinginan untuk tidak ada lagi penindasan bagi kaum yang lemah.
6.      Tehnologi
Tehnologi modern mempunyai tujuan-tujuan nasional padawilayah ideologi, militer, ataupun ekonomi dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumber-sumber alam yang ada.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya perang tidak akan menghasilkan apa-apa baik yang menang perang maupun yang kalah perang. Kehancuran adalah bukti nyata dalam perang, selain itu banyak penindasan yang terjadi, pelanggaran HAM, dan sebagainya. Berlin adalah salah satu kota yang mengalami masa-masa menyedihkan dalam sejarah perang dingin. Tembok berlin adalah simbol dari keserakahan sekelompok orang akan ideologi yang anutnya. Banyak orang meninggal ketika ingin menyebrang. Dari sini kita dapat belajar bahwa perbedaan itu hal yang biasa tetapi jangan korbankan orang lain untuk menggapaian keingin.

DAFTAR PUSTAKA

·         Ali Muhammad. 2015. “SELAMAT DATANG PERANG DINGIN!” KEPENTINGAN RUSIA DI KRIMEA DAN UKRAINA TIMUR DAN KETEGANGAN HUBUNGAN DENGAN BARAT. Yogyakarta: Ombak.
·         Bambang Cipto. 2007. Politik dan Pemerintahan Amerika. Yogyakarta: Lingkaran.
·         Budiardjo Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·         Djaja Wahjudi. 2012. Sejarah Eropa dari eropa kuno hingga eropa modern. Yogyakarta: Ombak.
·         Lynn H. Miller. 2006. Agenda Politik Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
·         Nye, Joseph. 1992. “Bound to Lead: The Changing Nature of American Power”, a. b, Budhy Kusworo, Memimpin Dunia: Sifat Kekuatan Amerika yang Berubah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar