Makalah Konserfasi Mangruf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hutan Mangrove
Hutan
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air,
tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai.
Tumbuhan
tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat
kondisi air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas
pesisir pantai di daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan
mangrove pada daerah pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat
di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
Tumbuhan
mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang
hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau dengan
kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat
yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam
menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove:
tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan
suatu siklus ekosistem tersendiri.
Hutan
mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan
tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat
kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di
daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang
dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).
Hutan
mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan
subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan
kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air,
dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya
salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat
atau ekosistem yang tidak ada duanya.
Kita
sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau.
Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah
‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan
kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau
Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain
bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Hutan
mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang
selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang
air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram
(halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat
obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Flora mangrove terdiri
atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Jenis-jenis tumbuhan yang
ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas
35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit
dan 2 jenis parasit.
Dari
sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan
antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang
(Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan
mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah
kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah
habitatnya. Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa
sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia.
Secara
garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial),
fauna air tawar dan fauna laut. Fauna darat, misalnya kera ekor panjang
(Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan
lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan
Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda,
sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.
2.2 Ciri-ciri Hutan Mangrove
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di
banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta
memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan
mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air
tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran
terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative
daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula,
Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan
berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian
sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat.
Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove
tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas.
Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama
mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain
terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan
lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya
yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
Ciri-ciri ekosistem mangrove
terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,
adalah :
- memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
- memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
- memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
- memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan
mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem
mangrove, diantaranya adalah :
- tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
- tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
- daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
- airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Fungsi Dan Manfaat Hutan Mangrove
Peranan,
Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di
daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk
sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan
mangrove itu sendiri.
Tumbuhan yang
hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri
tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem
perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran
ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen
atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik,
tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan
pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan
akarnya.
Menurut kamus
Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or animal,
esp. the particular location where it normally grows or lives, as the seacoast,
desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam
bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan
normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat
tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat
mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua
habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya
dukung lingkungan hidupnya.
Telah banyak
diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat
dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan
dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses
vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang
mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan
cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk
suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’.
Beberapa
berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap,
menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan
struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove
sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai
pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon
mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran
mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut
di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah
yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon
mangrove.
Bila buah
mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah di
lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di
tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya yang
rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan yang
terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini akan
berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan lumpur
atau barisan pasir (sand bar).
Melalui
perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove
yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah
habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir.
Bila proses ini berjalan terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau
kecil yang mungkin akan terus berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis
mangrove serta organisme lain dalam suatu ekosistem mangrove.
Dalam proses
demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai
barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap
hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga
melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan badai
yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi
organisme yang hidup di tengahnya.
Daun mangrove
yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton
dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang
berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di
habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu ekosistem mangrove dapat terbentuk
dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove.
Pada saat
terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang
bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan
angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove
mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran
arus air.
Apabila
mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat
mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut,
dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian
menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen.
Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).
Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak
langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia
(economic vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:
·
Menumbuhkan
pulau dan menstabilkan pantai.
Salah satu
peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran
mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan
organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini
menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara
kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang.
Karena proses
ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan
tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke
waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan
bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan.
Akar pohon
mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang
dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat
berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun
waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
·
Menjernihkan
air.
Akar
pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk
pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa
membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan
mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa
zat-zat kimia atau polutan.
Bila air
sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat
dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk
melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga
menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena
dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.
·
Mengawali rantai makanan.
Daun mangrove
yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro
organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi
larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih
besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.
·
Melindungi dan memberi nutrisi.
Akar tongkat
pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan
dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di
laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari
predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis
hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat
mangrove.
·
Manfaat
bagi manusia.
Masyarakat
daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat
dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove
adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat.
Mulai dari
bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat
dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
Ø Tempat tambat kapal.
Daerah teluk
yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu.
Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan
bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu
diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena
dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
Ø Obat-obatan.
Kulit batang
pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam obat
dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species
mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada
kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan
ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain.
Getah sejenis
pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove) atau
Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan
tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk
mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove
muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai
pembersih mata.
Kulit pohon
tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan
panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang
dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan
pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam
penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
Ø Pengawet.
Buah pohon
tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam
dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga
pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya
merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk
memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk
mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Ø Pakan dan makanan.
Daunnya banyak
mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau
lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga
mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon
dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi
bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
Ø Bahan mangrove dan bangunan.
Batang pohon
mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam
bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya
berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran
batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar
dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang
kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang
jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon
atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk
joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1.
Manfaat / Fungsi Fisik :
1
Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2
Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3
Menahan badai/angin kencang dari laut
4
Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya
lahan baru.
5
Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air
daratan yang tawar
6
Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
2. Manfaat /
Fungsi Biologis :
- Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
- Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
- Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
- Sumber plasma nutfah & sumber genetik.
- Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
3. Manfaat /
Fungsi Ekonomis :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan
bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri :
pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang,
kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian &
pendidikan.
3.2
Luas Hutan Mangrove di Indonesia
Indonesia itu
negara yang kaya, kita harus bangga terhadap negara kita ini. kita mempunyai
hutan mangrove yang terluas didunia, sebaran terumbu karang yang eksotik,
rumput laut yang terhampar dihampir sepanjang pantai, sumber perikanan yang
tidak ternilai banyaknya. Menurut Rusila Noor, dkk. (1999) Indonesia merupakan
negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia dengan keragaman
hayati terbesar didunia dan struktur paling bervariasi didunia. Apa coba yang
kurang… masalah data entar deh kita lihat dibawah.
Hutan mangrove
atau yang biasa disebut hutan bakau, walaupun penyebutan hutan bakau itu tidak
pas sebenarnya karena bakau hanya merupakan salah satu dari jenis mangrove itu
sendiri yaitu jenis Rhizopora spp. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang
khas dan tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang
terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah tropis dan sub
tropis (FAO, 2007).
Menurut
Gunarto (2004) mangrove tumbuh subur di daerah muara sungai atau estuari yang
merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan
lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibar adanya erosi. Kesuburan daerah ini
juga ditentukan oleh adanya pasang surut yang mentransportasi nutrient.
Berdasarkan data Direktorat Jendral
Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam Gunarto (2004) luas hutan
Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8.60 juta hektar
akan tetapi sekitar 5.30 juta hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan data FAO
(2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai
3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di dunia
melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Di Asia
sendiri luasan hutan mangrove indonesia berjumlah sekitar 49% dari luas total
hutan mangrove di Asia yang dikuti oleh Malaysia (10% ) dan Mnyanmar (9%). Akan
tetapi diperkirakan luas hutan manrove diindonesia telah berkurang sekitar
120.000 ha dari tahun 1980 sampai 2005 karena alasan perubahan penggunaan lahan
menjadi lahan pertanian (FAO, 2007).
Data
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan Direktoral
Jenderal Rehabilitasi lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), Dephut (2000)
luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luasan
yang berkondisi baik 2.548.209,42 ha, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan
kondisi rusak 2.146.174,29 ha. Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi
yang bersumber dari BPDAS, Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai
4.390.756,46 ha.
Data hasil
pemetaan Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-Bakosurtanal dengan
menganalisis data citra Landsat ETM (akumulasi data citra tahun 2006-2009, 190
scenes), mengestimasi luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha
(Hartini et al., 2010). Kementerian kehutanan tahun 2007 juga
mengeluarkan data luas hutan mangrove Indonesia, adapun luas hutan mangrove
Indonesia berdasarkan kementerian kehutanan adalah 7.758.410,595 ha
(Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, 2009 dalam
Hartini et al., 2010), tetapi hampir 70%nya rusak (belum tau kategori rusaknya
seperti apa). kedua instansi tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per
propinsi di 33 Provinsi di Indonesia.
NASA (2010)
juga mengeluarkan informasi tentang luas mangrove dan sebarannya. menurutnya
luas mangrove di indoensia telah berkurang 35% antara tahun 1980-2000 dimana
luas mangrove pada tahun 1980 itu mencapai 4,2 juta ha dan pada tahun 2000
berkurang menjadi 2 juta ha. Mereka juga (NASA) mengupload beberapa foto
konversi lahan dari hutan mangrove manjadi sawah.
Apapun bentuk
datanya, yang jelas hutan mangrove kita telah banyak yang berkurang. Konversi
lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap areal hutan mangrove sebagai tambak,
areal pertanian dan pemukiman menyebabkan luas lahan hutan mangrove terus
berkurang. Selain itu pemanfaatan hutan mangrove yang tidak bertanggung jawab sebagai
bahan bangunan, kayu bakar dan juga arang memberi kontribusi yang tidak sedikit
terhadap kerusakan hutan mangrove. Seperti pada gambar di bawah terlihat
perubahan penggunaan lahan hutan mangrove menjadi tambak dari tahun 1992
sampai 1998 didaerah delta mahakam. Menurut Rusila Noor, dkk. (1999) kematian
mangrove secara alami tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
hilangnya areal mangrove di Indonesia.
AGAMA
Ilmu Sosial Budaya Dasar
Pengantar Ilmu Sejarah
Pengantar Ilmu Pendidikan
Makalah Pendidikan Anak Luar Biasa
Sejarah Kebudayaan indonesia
SOSIOLOGI
AGAMA
Mata Kuliah Agama Islam 2014
Manasih Haji dan Umroh
PETUNJUK HAJI DAN UMRAH
Ilmu Sosial Budaya Dasar
pengarun tehnologi informasi terhadap nilai nilai sosial, budaya, dan kemanusiaan
Makalah Konserfasi Mangruf
Makalah Reboisasi Hutan
Pengantar Ilmu Sejarah
Manfaat dan Fungsi Sejarah
Kausalitas Sejarah
Eksplanasi Sejarah
Tempat Bersejarah Punden
Pengantar Ilmu Pendidikan
Makalah Pendidikan Anak Luar Biasa
Sejarah Kebudayaan indonesia
BUDAYA JAWA HANYA TINGGAL SEJARAH BILA ORANG JAWA KELUAR DARI HINDU
SOSIOLOGI