Makalah Pemulung
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai kota
metropolitan seperti Jakarta ini, kemiskinan merupakan salah satu masalah utama
yang harus dapat diselesaikan.Dimana Kemiskinan merupakan
suatu keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.Namun sayangnya, Jakarta sebagai
kota perdagangan dan jasa tidak menginginkan sebagian besar mereka, karena
mereka umumnya datang ke Jakarta tanpa bekal pendidikan dan keahlian yang
cukup, yang dinginkan oleh pasar tenaga kerja di Jakarta. Akhirnya, untuk
bertahan hidup mereka bertumpu pada berbagai pekerjaan sektor informal dan
salah satu yang paling sering terlihat di disekitar kita adalah pemulung.
Pemulung adalah
seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang yang sudah tidak layak
pakai, maka orang yang bekerja sebagai pemulung adalah orang yang bekerja
sebagai pengais sampah, dimana antara pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata
uang, dimana ada sampah pasti ada pemulung dan dimana ada pemulung disitu pasti
ada sampah. Pekerjaannya mencari barang bekas, membuat sebagian besar orang
menganggap remeh pemulung. Mereka mengorek tempat sampah untuk mendapatkan
barang bekas yang masih memiliki nilai jual. Namun, berkat kehadirannya pula,
lingkungan dapat terbebas dari barang bekas yang bila dibiarkan bisa menjadi
sampah. Mereka juga membantu pemerintah dalam mengelola sampah. Tak hanya itu,
hasil pekerjaannya mereka juga menjadi tumpuan bagi keluarganya.
2.1
Kehidupan Pemulung
Tidak banyak yang mengetahui kehidupan di balik
seorang pemulung. Bagi sebagian mereka, memulung
barang-barang bekas adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan sesuap
nasi, supaya mereka dapat bertahan hidup di ibukota ini. Para pemulung
menjauhkan gengsi mereka untuk mengambil botol-botol bekas diantara orang-orang
yang sedang makan, mereka rela mencari kardus, plastik, dan barang-barang bekas
lainnya di tong sampah yang sangat menyengat baunya, dan hasilnya pun juga
sedikit. Misalnya kalau di area Stasiun
Manggarai, perharinya hanya dapat hasil mulung 20/30 ribu. Biasanya
penghasilannya dari aqua gelas dihargai 5-6
ribu, aqua botol 5 ribu, kalau gelas plastik selain aqua sekitar 2 ribuan.
Mereka melakukannya
demi melepaskan dahaga dan kelaparan. Mereka hanya berpikir untuk makan hari ini,
hari esok, dan hari-hari berikutnya. Hanya itu yang mereka inginkan.
Tetapi sebagian dari mereka juga ada yang mencoba untuk mencari pekerjaan lain.
Tapi sayangnya, karena adanya perubahan zaman, penggatian kekuasaan, banyaknya
peraturan baru serta keterbatasan pendidikan membuat mereka tak dapat beranjak
dari pekerjaan memulung.Mereka lebih memilih itu semua dibanding mendapatkan
kekayaan dengan cara yang tidak halal.
Perubahan yang
terjadi itu terdapat dalam berbagai hal, misalnya saja di Stasiun
Manggarai, dulu Mak Ruminah kerja di Stasiun Manggarai, kalau
dulu bosnya orang Jawa, tapi sekarang
orang Cina yang megang. Dahulu para pemulung juga mempunyai gubuk disekitar
Stasiun, namun karena adanya penggantian kekusaan tersebut gubuk-gubuk di
sekitar Stasiun di bongkar. Mereka yang dahulunya dapat beristirahat di gubuk
sekarang tidak bisa lagi dan kebanyakan mereka sekarang tidur di jalanan.
Tidak hanya itu yang mereka hadapi, terkadang setelah bersusah payah
mencari barang bekas kesana kemari untuk menghasilkan uang, tak jarang ada juga
orang-orang yang merasa tak berdosa mencuri hasil jerih payah mereka ketika
mereka beristirahat melepas lelah malam harinya di jalanan tersebut.
Di Jakarta ini, ternyata terdapat perbedaan dalam hal pengaturan mulung
di daerahnya. Misalnya kalau di daerah Manggarai, kalau mulung bebas mau mencari kemana saja, tidak ada
wilayah-wilayahan. Karena cuma jalanan biasa, kalau ada barang bekas langsung
diambil. Tetapi kalau didaerah komplek perumahan
biasanya adapembagian wilayah. Selain itu, juga terdapat
perbedaan dalam hal interaksi sosial. Ada kawasan dimana semuanya bekerja secara individu, tidak berkelompok. Misalnya di
kawasan di dekat stasiun Manggarai, disana tidak ada saling tolong menolong, sekalipun teman kalau
masalah uang atau makanan urusan masing-masing.
Tidak ada
solidaritasnya kalau sakit ya di biarkansaja. Disisi lain ada kawasan dimana pemulung itu
mereka berkelompok, misalnya di
Bongkaran, disana pemulung saling bantu.Kalau ada yang sakit, nyumbang sama-sama seadanya seperti untuk beli obat.
Walaupun merasa letih, sedih, dan juga marah karena berbagai hal yang
mereka hadapi tetapi mereka tak kunjung berhenti menjadi seorang pemulung
karena semua perasaan itu sirna, karena memikirkan anak-anak mereka yang
membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Itulah rasa kebersamaan yang mereka
miliki, perasaan sayang terhadap keluarga menghancurkan segala keputusasaan
mereka dan memberikan semangat tersendiri terhadap mereka untuk tetap
membahagiakan keluarganya.
2.2 Latar
Belakang Menjadi Pemulung
Ada beberapa alasan mengenai seseorang menggeluti profesi sebagai
pemulung yang kami dapatkan dari hasil wawancara dengan pemulung di kawasan
Stasiun Manggarai :
Faktor ekonomi
(berasal dari keluarga yang kurang mampu)
Sulitnya mencari
pekerjaan
Tingkat
pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan
Tidak ada modal
untuk membuka suatu usaha
Pendidikan merupakan dasar dari pengembangan produktifitas kerja.
Tingkat pendidikan yang rendah, membuat pola pikir yang relatif sempit.
Sebagian besar pemulung hanya tamat pendidikan sekolah dasar. Kemudian didukung
oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak berkecukupan. Faktor yang lain adalah
modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oleh
pemulung sangat sederhana. Yaitu, karung plastik dan gancu untuk mengungkit
sampah atau barang bekas.
Di lihat satu persatu dari informan yang kami wawancara, pertama
Mak Ruminah yang awalnya bekerja di Stasiun Manggarai tersebut, kemudian
transmigraasi ke Sulawesi Utara, namun karena ada masalah balik lagi ke
Jakarta. Karena adanya perubahan kekuasaan dan keterbatasan pendidikan maka Mak
Ruminah tidak diterima lagi bekerja di stasiun tersebut, dan memutuskan untuk
memulung.Sedangkan informan yang kedua, Bang Acuy, karena sulitnya mencari
pekerjaan serta untuk menghidupi anaknya dia memutuskan untuk memulung.
Informan ketiga Mpok Iis memulung karena lingkungan sekitarnya yang membawanya
ke pekerjaan memulung ini, walaupun awalnya dia sempat menggeluti pekerjaan
yang lain. Dan terakhir informan yang keempat, Mpok Ismayati memutuskan untuk
memulung untuk menghidupi dirinya sendiri dan anaknya yang masih kecil.
2.3 Gambaran Kemiskinan Ibukota di Kawasan Stasiun Manggarai
Berdasarkan hasil wawancara kami terhadap pemulung yang berada di
kawasan Stasiun Manggarai, kami menggolongkan bahwa sebagian besar dari
Informan kami termasuk kedalam kemiskinan Kultural yaitu kemiskinan yang
berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat kehidupan sekalipun ada usaha pihak lain yang
membantunya.
Seperti, Informan yang pertama, Mak Ruminah, walaupun sebenarnya dia
bisa bekerja dan pernah menjadi buruh sawah,
kuli bawang dan pekerjaan buruh
lainnya, tetapi ia lebih memilih untuk memulung
karena menurutnya lebih enakan tinggal di Jakarta walaupun hanya kerja
sebagai pemulung. Hampir sama dengan Mak Ruminah, Mpok Iis dan Mpok Ismayati
juga pernah memiliki perkerjaan lain seperti kalau Mpok Iis kerja di salon dan
Mpok Ismayati kerja jadi pembantu tetapi tetap saja akhirnya mereka memutuskan
menjadi pemulung.
UUDPasal 34 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen keempat disebutkan salah
satu amanat yang harus di emban negara bahwa "fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara".
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak. UU ini mengatur Hak dan
kewajiban anak, pada Pasal 4 undang-undang ini disebutkan bahwa “setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi ”.
UUD Pasal 20 tentang perlindungan anak yaitu “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan
orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak”.
AGAMA
Ilmu Sosial Budaya Dasar
Pengantar Ilmu Sejarah
Pengantar Ilmu Pendidikan
Makalah Pendidikan Anak Luar Biasa
Sejarah Kebudayaan indonesia
SOSIOLOGI
AGAMA
Mata Kuliah Agama Islam 2014
Manasih Haji dan Umroh
PETUNJUK HAJI DAN UMRAH
Ilmu Sosial Budaya Dasar
pengarun tehnologi informasi terhadap nilai nilai sosial, budaya, dan kemanusiaan
Makalah Konserfasi Mangruf
Makalah Reboisasi Hutan
Pengantar Ilmu Sejarah
Manfaat dan Fungsi Sejarah
Kausalitas Sejarah
Eksplanasi Sejarah
Tempat Bersejarah Punden
Pengantar Ilmu Pendidikan
Makalah Pendidikan Anak Luar Biasa
Sejarah Kebudayaan indonesia
BUDAYA JAWA HANYA TINGGAL SEJARAH BILA ORANG JAWA KELUAR DARI HINDU
SOSIOLOGI