Pantai Sukamade
Kalau Taman NasionalMeru Betiri dikenal sebagai surganya flora dan fauna, barangkali julukan yang tepat untuk Pantai Sukamade adalah surganya penyu bertelur di Banyuwangi. Di sini pengunjung dapat menyaksikan secara langsung penyu bertelur, melihat penangkaran penyu dan mengikuti kegiatan pelepasan tukik (anak penyu) ke laut.
Pantai Sukamade dikenal sebagai satu dari tiga tujuan wisata utama di Banyuwangi, selain Pantai Plengkung dan Gunung Ijen. Ketiga tempat wisata ini menjadi andalan sektor pariwisata Banyuwangi, yang dikenal dengan istilah Triangle Diamonds (segitiga berlian). Karena jika ditarik garis lurus yang menghubungkan lokasi ketiga tempat wisata tersebut, maka akan terbentuk sebuah segitiga.
Pada mulanya pantai ini ditemukan oleh Belanda pada tahun 1927. Sukomade merupakan hutan lindung alam di Jawa Timur yang berhubungan dengan penangkaran penyu.Di sini juga terdapat perkebunan karet, kopi dan coklat yang ditanam di areal seluas 1200 hektar.
Pantai Sukamade yang lokasinya berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri ini, letaknya searah dengan Pantai Rajekwesi dan Pantai Teluk Hijau. Jika Anda sudah sampai di Teluk Hijau dan memiliki waktu yang cukup, sayang jika tidak sekalian melanjutkan perjalanan ke Pantai Sukamade. Jaraknya hanya sekitar 15KM lagi. Walau jaraknya relatif dekat, tapi membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapainya, mengingat medan jalannya berbatu dan harus melewati sungai, sangat menjanjikan petualangan yang menantang adrenalin.
Dari pintu gerbang Taman Nasional Meru Betiri, untuk mencapai Pantai Sukamade bisa ditempuh dengan menggunakan mobil dobel gardan, sepeda motor atau … jalan kaki.
Pantai Sukamade adalah satu dari dua lokasi penyu bertelur di Banyuwangi, selain PantaiNgagelan. Mungkin habitat penyu terbesar di Indonesia terdapat di pantai ini. Selama ribuan tahun, Sukamade adalah tempat bertelur penyu-penyu raksasa dari Samudera Hindia dan Pacific. Hal ini tidak lepas dari letak Sukamade yang terpencil, sehingga penyu-penyu bisa bertelur dengan lebih aman, minim gangguan manusia dan habitatnya pun terjaga.
Pada puncaknya, dalam sehari penyu yang mendarat bisa mencapai 80 ekor, mulai dari petang sampai pagi, namun belakangan jumlahnya terus menurun hingga tinggal belasan ekor saja.Salah satu penyebabnya banyaknya kapal-kapal nelayan yang mencari ikan di sekitar Pantai Sukamade memasang lampu yang sangat banyak di kapalnya membuat lokasi perairan menjadi terang.Akibatnya penyu menjadi takut untuk mendarat karena ia tidak suka cahaya. Karena itu di pantai dilarang menyalakan lampu supaya kondisi pantai tetap gelap gulita untuk membuat kondisi sealami mungkin bagi penyu mendarat.
Terdapat empat spesies penyu yang bertelur di Pantai Sukamade, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivacea), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae). Dari empat spesies penyu tersebut,Penyu Hijau adalah jenis yang paling banyak dan mudah ditemukan bertelur di Pantai Sukamade. Menurut laporan penelitian WWW (World Wide Fund for Nature), Penyu Hijau yang paling umum bersarang di Sukamade. Karena itu Pantai Sukamade pantas juga disebut sebagai tempat pendaratan penyu hijau terbaik di Indonesia.
PENYU HIJAU
Ciri morfologinya antara lain terdapat sepasang sisik prefrontal pada kepala, tempurung berbentuk hati dengan tepi rata dan berwarna hijau coklat dengan bercak coklat tua sampai hitam. Karapas terdiri dari empat pasang costal, lima vertebral dan 12 pasang marginal yang tidak menutupi satu sama lain. Terdapat sepasang kuku pada flipper/dayung depan, kepalanya kecil dan bundar. Keping perisai punggung tukik penyu hijau berwarna hitam, sedangkan bagian ventral berwarna putih.
Penyu Sisik
Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) disebut juga Penyu Genteng. Penyu Sisik juga dikenal sebagai Hawksbill turtle karena paruhnya tajam dan menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang. Demikian pula karena memiliki karapas yang bertumpuk atau tumpang tindih (imbricate) seperti sisik ikan, maka dinamai penyu sisik. Ciri-ciri umum adalah warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna kekuning-kuningan. Terdapat dua pasang sisik prefrontal. Penyu Sisik selalu memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur. Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon. Mereka juga memakan udang dan cumi-cumi.
Penyu Slengkrah
Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivacea) disebut juga Penyu Lekang, Penyu Abu-abu atau Penyu Sisik Semu.Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Olive Ridley turtle.Warna karapasnya abu-abu kehijauan, tukik berwarna abu-abu. Penampilan Penyu Slengkrah serupa dengan penyu Hijau tetapi kepalanya secara komparatif lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan besudut. Tubuhnya berwarna Hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil diantara semua jenis penyu yang ada. Penyu Slengkrah/ Lekang adalah carnivora, ia memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis.
Penyu Belimbing
Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) adalah satu-satunya jenis penyu yang tidak memiliki cangkang/tempurung/karapas yang keras.Ia hanya mempunyai kulit kenyal dengan lima garis bergerigi (ridge) ke arah ekor, sehingga tubuhnya tampak seperti buah belimbing.Karapasnya berbentuk juring-juring seperti buah belimbing, tidak berpetak-petak seperti pada jenis penyu lain. Tubuhnya berwarna hitam dengan berbintik putih. Penyu Belimbing tidak memiliki rahang yang cukup kuat untuk memecahkan biota laut yang keras, karena itu umumnya hanya memakan ubur-ubur saja.Penyu Belimbing memiliki kemampuan menyelam luar biasa hingga kedalaman 1000 meter. Dari keempat jenis penyu tersebut, Penyu Belimbing paling besar ukuran tubuhnya, yaitu bisa mencapai 1,8 meter panjangnya dan berat badan penyu dewasa bisa mencapai 700 kg. Penyu betina yang hendak bertelur akan datang ke daratan dimana dulu pertama kalinya dia dilepas.Penyu betina biasanya bertelur ratusan yang diletakkan di dalam pasir di pantai. Penyu betina mulai mendarat di pantai jam 07.30 malam dan kembali ke laut pada jam 12.00 malam hari. Bulan Nopember hingga maret adalah musim penyu bertelur.
Di Pantai Sukamade ini setiap malam dilakukan patroli dan pengamatan penyu untuk menjaga agar telur penyu aman dari pencurian sekaligus mendata penyu-penyu yang mendarat dan bertelur di patai yang curam dan berombak besar ini. Untuk jenis yang masih muda, biasanya dalam satu kali bertelur mengeluarkan sekitar 50 – 80 butir telur, sedangkan yang sudah dewasa bisa lebih dari 100 butir telur dalam satu malam.
Patroli penyu yang dilakukan setiap harinya dibagi menjadi 2 shift yaitu patroli sore/malam dan patroli pagi. Patroli sore/malam dilakukan pada pukul 20.00 – 24.00 WIB sedangkan patroli pagi dilakukan pada pukul 02.00 – 06.00 WIB. Setiap kali patroli dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim barat dan tim timur. Tim barat tugasnya menyapu daerah bagian barat yaitu mulai dari sektor 1 hingga sektor 8 sedangkan tim timur bertugas menyapu daerah bagian timur yaitu dari sektor 9 hingga 34 yang daerahnya menyeberang muara sungai. Panjang pantai sukamade ini kurang lebih 2,3 km dengan penandaan 34 sektor tempat pendaratan penyu yang jarak masing masing sektor adalah 100 meter.
PENANGKARAN PENYU
Dahulu habitat penyu di Pantai Sukamade sempat berancam keberadaannya karena diburu oleh masyarakat. Hingga tahun 1979 telur penyu di Sukamade masih diburu oleh para pengumpulnya. Namun, sekarang pengumpulan, pemindahan anakan, dan penangkapan penyu dilarang keras, karena Penyu hijau termasuk satwa yang dilindungi.
Di Sukamade terdapat tempat penangkaran penyu semi alami, dilakukan di kantor resort Sukamade, SPTN 1 Sarongan, Taman Nasional Meru Betiri. Penangkaran itu berukuran 5x12 M dengan dinding yang dibiarkan berlubang agar sirkulasi angin didalam rumah tersebut lancar dan lantainya berupa pasir Pantai Sukamade.
Di dalamnya terdapat tempat penetasan telur penyu secara semi alami / hatchery semi alami yang memiliki 4 buah bak penetasan yang masing masing bak mampu menampung kurang lebih 50 buah sarang telur penyu yang akan ditetaskan.
Telur penyu yang akan ditetaskan ditanam di hatchery, yang dilakukan pada pagi hari saat suhu udara masih rendah. Kedalaman lubang sarang telur di hatchery disesuaikan dengan kedalaman sarang di tempat alaminya, yaitu berkisar antara 80 – 90 cm. Proses peletakan telur yang dilakukan ke dalam lubang dilakukan secara perlahan – lahan supaya embrio telur tidak rusak.
Setelah telur diletakkan selanjutnya sarang ditutup kembali dengan pasir secara perlahan tanpa ditekan supaya telur tidak pecah dan memudahkan tukik yang menetas untuk keluar dari sarang nantinya. Telur yang telah selesai ditanam tersebut selanjutnya diberi patok label yang isinya antara lain nomor sarang, spesies penyu, jumlah telur dan tanggal relokasi telur.
Dari label penanda yang ada di tempat penetasan telur penyu, dapat dilihat bahwa tidak setiap hari ada penyu yang bertelur. Rata-rata seminggu bisa tiga sampai empat penyu yang bertelur. Jadi meskipun bulan November sampai Maret biasanya merupakan waktu bertelur,namun tidak setiap hari ada penyu yang turun ke pantai untuk bertelur pada bulan-bulan tersebut.Ada kalanya si penyu cuma mendarat saja tanpa bertelur jika situasinya membuat penyu tidak merasa aman.
Dari semua telur yang ditanam dalam pasir, tidak semuanya menetas secara sempurna. Ada beberapa yang menetas dengan kondisi cacat, ada yang sama sekali tidak menetas. Ini dikarenakan tertindih telur-telur diatasnya.
Cangkang telur dan telur busuk ini tidak dibuang dengan cara dipendam melainkan dikumpulkan dan menjadi makanan bagi binatang lain seperti monyet dan biawak.
Setelah telur penyu yang ditanam berumur 60-75 hari, maka telur-telur tersebut sudah menetas dan dilakukan pembongkaran sarang telur untuk membantu tukik yang mengalami kesulitan keluar dari pasir supaya tidak mati. Selain itu juga mengurangi predator pemangsa tukik yang baru menetas, seperti semut merah dan tikus.Pembongkaran sarang telur penyu juga untuk melakukan pembersihan pasir sarang dari sisa-sisa cangkang dan telur yang gagal menetas.
Setelah menetas, maka tukik-tukik tersebut di tampung dulu di bak khusus pemeliharaan sementara sampai dianggap cukup umur untuk dilepaskan kembali ke laut.Ada 8 buah bak pemeliharaan tukik.Padat penebaran tiap bak pemeliharaan ini tidak menentu, disesuaikan dengan jumlah tukik yang menetas dari hatchery semi alami saja.
Untuk sistem rotasi pelepasan tukik ke laut, bak yang tukik dipelihara paling lama akan dilepaskan terus di isi tukik yang baru menetas lagi sehingga rotasinya berjalan sesuai umur tukik yang harus dilepas. Air tiap bak dijaga pada ketinggian 10 – 15 cm. Sistem pergantian air yang dilakukan disini setiap 2 hari sekali, yaitu dengan cara mengganti air secara keseluruhan.